Semenjak tahun 1980 an  di China hanya boleh punya anak satu. Akibatnya terjadi penurunan tajam angka kelahiran menjadi masalah kurangnya tenaga muda Â
Tahun 2014 diboleh dua, namun dengan penyusutan yang terus terjadi tahun 2021 dibolehkan tiga anak di China yang diberlakukan tahun ini.
Politbiro Partai Komunis memutuskan pada pertemuan di Beijing.
 "optimalisasi kebijakan pengendalian kelahiran" seperti itu akan membantu memperbaiki struktur populasi dan menanggapi populasi yang menua.
Banyak penduduk China tidak gembira dengan ketentuan ini.
Mereka menunjuk pada kenaikan tajam dalam biaya hidup di kota.
Keturunan laki-laki secara tradisional lebih disukai di China , karena anak perempuan sering pindah ke keluarga suaminya setelah menikah.
Pada awal 1980-an hingga pertengahan 2010-an, pemerintah China dengan kejam menerapkan kebijakan satu anak.  Dengan kebijakan ini  China berharap mengurangi populasi negara itu hingga 300 juta orang.
Namun, dalam keadaan tertentu, seperti cacat atau kematian anak pertama, Â mengizinkan kelahiran anak kedua.
Keluarga satu anak menerima banyak insentif materi, seperti bonus bulanan hingga ulang tahun ke-14 anak, Â pendidikan, kesehatan, dan perumahan.
Sanksi yang dikenakan atas ketidakpatuhan terhadap kebijakan satu anak hukuman sangat tinggi .
 Pasangan yang memiliki anak kedua  harus membayar dengan yuan yang nilainya sama US $365 Â
 Akibatnya ada 7,9 juta aborsi pada 1979, tiga tahun kemudian jumlah itu meningkat menjadi 12,4 juta.
Aborsi di Republik Rakyat Tiongkok tidak hanya legal, tetapi juga secara resmi didorong oleh pemerintah dan diberi imbalan dalam bentuk liburan berbayar.
Meskipun kebijakan satu anak sangat mengurangi kesuburan memperlambat pertumbuhan  kebijakan itu juga menimbulkan beberapa masalah yang  serius yang kini mulai tampak.
Sementara itu, penentuan jenis kelamin sebelum lahir juga dilarang oleh undang-undang.