"Baiklah,," ujar Ben melihat ketidak senangan kakaknya .Â
Ben setuju, dia masuk magang bukan untuk orang asing, tetapi untuk saudaranya.
Saudara itu menggunakan aturan bermacam macam. Tapi Ben senang diizinkannya pulang setiap minggu, dan membaca.Â
Produksi percetakan pada waktu itu berada pada tingkat perkembangan yang sangat rendah, terutama di Amerika yang hanya memiliki beberapa percetakan.
Mesin cetak primitif sering rusak, tidak ada suku cadang dan perlengkapan. Hanya mekanik yang handal dapat memperbaiki peralatan kalau rusak.
Di sini Ben Franklin sangat berguna sebagai mekanik. Kemampuan untuk memperbaiki dan bakatnya membuat dia menjadi pekerja yang baik. Itu didapatnya dari magangnya terdahulu, bersama gurunya Samuel Franklin.
Dia secara mandiri memperbaiki peralatan, membuat perbaikan dalam teknik pencetakan, bahkan belajar bagaimana membuat font baru sendiri dalam waktu yang sangat singkat. James melihat bakat adiknya  dengan iri.
Pekerjaan yang dilakukan dengan baik memperkuat kepercayaan diri, memunculkan keinginan untuk bekerja dengan ketekunan yang lebih besar.
Dan yang paling penting, Ben Franklin mendapat kesempatan untuk membaca banyak buku dan punya uang cukup membeli buku baru .
Di rumah ketika pulang setelah, seluruh keluarga pergi tidur, tidak ada yang mengganggunya untuk membaca buku, kadang-kadang sepanjang malam.
"Hei, kutu buku," ejek saudara perempuannya Marry.
"Jangan ganggu," teriak Ben Franklin.
Marry tertawa cekikikan dan mengambil buku Ben.
"Tidak ada novel cinta," ujar Marry kecewa.
'"Ada, perjalanan. Ada sedikit kisah cintanya."
"Tidak asyik, " kata Marry nyengir dan berlalu.