Keragu-raguan masyarakat internasional untuk berurusan dengan Taliban dan "birokrasi" yang sulit  menyebabkan kesenjangan komunikasi dalam upaya penyelamatan di Afghanistan.
AS tidak lagi hadir di Afghanistan menyusul penarikan pasukannya yang tergesa-gesa dan runtuhnya pemerintah Afghanistan yang didukung AS.
Hampir semua negara tidak memiliki hubungan resmi dengan pemerintah Taliban. Ini  sedikit banyaknya menyulitkan bantuan kemanusiaan.
Sanksi telah melumpuhkan ekonomi Afghanistan  bisa jadi  20 juta penduduknya terancam krisis kelaparan.
Sebelumnya jutaan orang Afghanistan kehilangan pekerjaan, pegawai pemerintah belum dibayar, dan harga makanan melonjak.
Namun demikian, Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) telah berhasil mengirimkan bantuan kemanusiaan.
Keluarga dan korban di provinsi Paktika dan Khost telah diberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan sekitar 4.000 orang, kata juru bicara Sekjen  PBB António Guterres dalam konferensi pers hari Kamis kemaren (23/6)
"Setidaknya 18 truk sedang menuju ke daerah-daerah yang terkena dampak gempa membawa pasokan darurat, termasuk biskuit berenergi tinggi dan unit penyimpanan bergerak," kata pernyataan WFP yang dirilis Kamis.
 Kita berharap semua negara membantu Afghanistan. Semoga krisis kelaparan tidak terjadi dan Afghanistan membuka diri dalam masyarakat Internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H