Sebuah misi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengunjungi pulau-pulau tersebut pada tahun 1974 mendatangi pulau Cocos.Referendum tahun 1984 pada tanggal 6 April  dalam suatu pemilihan yang difasilitasi PBB menawarkan kepada penduduk pulau, termasuk anggota keluarga Clunies-Ross,  pilihan - integrasi dengan Australia atau kemerdekaan.
Clunies-Ross berkampanye untuk kemerdekaan, namun 86 persen penduduk memilih integrasi penuh dengan Australia.
Berakhirlah sistim feodal kerajaan Clunies Ross yang memerintah Pulau Cocos.
Setelah penentuan nasib sendiri, Â sekitar 100 rumah yang dapat disewa tetapi tidak dibeli oleh penduduk.
Sekitar 500 orang Cocos Melayu tinggal di Cocos (Home Island) sementara 120 orang lainnya, kebanyakan dari daratan, tinggal di West Island.
Masyarakat terhubung dengan kapal feri harian yang membawa orang ke sekolah dan tempat kerja.
Tinggal  di Home Island ( Cocos) merasa seperti berada di Malaysia atau Indonesia .
Home Island menawarkan supermarket, tempat perlindungan topan, klinik, sekolah dasar, dan gym.
Di tengah kampung terdapat masjid - adzan terdengar di seluruh Pulau lima kali sehari.
Karena orang Cocos Melayu merupakan 80 persen dari populasi, pulau-pulau tersebut memiliki perbedaan sebagai satu-satunya wilayah mayoritas Muslim di Australia.
Di sekolah, anak-anak diajar dalam bahasa Inggris, tetapi di rumah mereka menggunakan bahasa ibu mereka, bahasa Melayu Cocos agamis( islam) yang jauh lebih kuat.