Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jangan Takut Untuk Berubah, Meski Sebelumnya Sulit.

20 Maret 2022   10:00 Diperbarui: 20 Maret 2022   11:25 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya hanya diizinkan memilih untuk "masuk Akabri Kepolisian" yang diselesaikan kakak saya menjadi Taruna Akabri Kepolisian.

Kembali kepada cerita saya, kegemaran saya membaca dan jadi kutu buku menjadi perhatian orang tua. Mungkin dianggap tidak berguna atau apa, saya tidak boleh lanjut ke SMA  

Pilihannya sekolah kejuruan dimana tamatannya bisa langsung bekerja. Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) waktu itu ada ikatan dinasnya atau sekolah Pengatur Rawat di rumah sakit dan nanti bisa jadi "mantri"di kampung.

Pada waktu itu sekolah itu ada tingkatannya yaitu  Sekolah Juru Kesehatan hanya 1 tahun, Sekolah  Penjenang Kesehatan selama 2 tahun atau sekolah Pengatur Rawat selama 3 tahun.

Saya memilih sekolah Pengatur Rawat dimana tidak ada Ilmu pastinya. 

Saya memilih sekolah ini karena cuma ada tiga di Sumatera yaitu di Medan, Padang dan Palembang, teman saya ada dari Riau, Jambi dan Tapanuli Selatan. 

Saya mulai menulis di koran daerah, dan menulis cerita pendek dan setelah lulus hobi itu makin berlanjut dengan banyak tulisan di koran daerah, beberapa diantaranya di koran nasional, majalah anak anak Bobo dan Ananda, majalah D&R

Setiap bulan, saya dapat Honor yang biasanya sudah terkumpul di catatan redaksi beberapa tulisan, baik artikel, berita dan cerita pendek yang saya buat. Cukup lumayan juga.

Saya pernah ketiban apes, ketika tulisan seharusnya  dimuat "berita" dimuat di surat pembaca lengkap dengan identitas saya. Bayangkan saja apa yang terjadi pada instansi yang saya beritakan ada sedikit berita kritiknya.

Ayah saya membayangkan saya sebagai seorang mantri Kesehatan yang saya jalani dari mengobati orang, circumcici atau khitan dan sebagainya  mengobat orang sakit, karena dokter tidak banyak ketika itu. Saya menjalani hidup itu dan dapat uang apalagi kalau musim khitanan. 

Saya membayangkan jerih payah saya ketika sekolah di Pengatur Rawat praktek ditempat yang paling kotor yaitu 'spoelhoek' membereskan dan mencuci pispot selama 5 jam dan ketika bejana tersumbat memberanikan diri menyentuh lubang tempat "najis" ,kamar cuci dengan tangan (terpaksa) dikamar khusus cuci pispot atau membuat WC mengkilap dengan silet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun