Akhirnya hanya diizinkan memilih untuk "masuk Akabri Kepolisian" yang diselesaikan kakak saya menjadi Taruna Akabri Kepolisian.
Kembali kepada cerita saya, kegemaran saya membaca dan jadi kutu buku menjadi perhatian orang tua. Mungkin dianggap tidak berguna atau apa, saya tidak boleh lanjut ke SMA Â
Pilihannya sekolah kejuruan dimana tamatannya bisa langsung bekerja. Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) waktu itu ada ikatan dinasnya atau sekolah Pengatur Rawat di rumah sakit dan nanti bisa jadi "mantri"di kampung.
Pada waktu itu sekolah itu ada tingkatannya yaitu  Sekolah Juru Kesehatan hanya 1 tahun, Sekolah  Penjenang Kesehatan selama 2 tahun atau sekolah Pengatur Rawat selama 3 tahun.
Saya memilih sekolah Pengatur Rawat dimana tidak ada Ilmu pastinya.Â
Saya memilih sekolah ini karena cuma ada tiga di Sumatera yaitu di Medan, Padang dan Palembang, teman saya ada dari Riau, Jambi dan Tapanuli Selatan.Â
Saya mulai menulis di koran daerah, dan menulis cerita pendek dan setelah lulus hobi itu makin berlanjut dengan banyak tulisan di koran daerah, beberapa diantaranya di koran nasional, majalah anak anak Bobo dan Ananda, majalah D&R
Setiap bulan, saya dapat Honor yang biasanya sudah terkumpul di catatan redaksi beberapa tulisan, baik artikel, berita dan cerita pendek yang saya buat. Cukup lumayan juga.
Saya pernah ketiban apes, ketika tulisan seharusnya  dimuat "berita" dimuat di surat pembaca lengkap dengan identitas saya. Bayangkan saja apa yang terjadi pada instansi yang saya beritakan ada sedikit berita kritiknya.
Ayah saya membayangkan saya sebagai seorang mantri Kesehatan yang saya jalani dari mengobati orang, circumcici atau khitan dan sebagainya  mengobat orang sakit, karena dokter tidak banyak ketika itu. Saya menjalani hidup itu dan dapat uang apalagi kalau musim khitanan.Â
Saya membayangkan jerih payah saya ketika sekolah di Pengatur Rawat praktek ditempat yang paling kotor yaitu 'spoelhoek' membereskan dan mencuci pispot selama 5 jam dan ketika bejana tersumbat memberanikan diri menyentuh lubang tempat "najis" ,kamar cuci dengan tangan (terpaksa) dikamar khusus cuci pispot atau membuat WC mengkilap dengan silet.