Jika hidup ini diputar kembali dan kita punya kesempatan, apa yang harus dilakukan?
Entahlah saya tidak dapat menjawabnya.Â
Pengalaman hidup saya ini mungkin dapat ditertawakan oleh pembaca, mungkin saja.
Sejak kecil saya dianggap tidak bisa meneruskan ke sekolah yang tinggi karena saya tidak pintar "ilmu pasti" Â yang ketika itu adalah Aljabar ( sekarang matematika) Ilmu Ukur atau Ilmu alam ( sekarang fisika)
Meskipun waktu smp saya mulai menulis dan tulisan kecil saya dimuat dikoran itu tidak cukup untuk menaikkan nama saya dikeluarga.
Kakak saya yang jago Ilmu pasti sampai mengetok meja, untuk mengajari saya Ilmu Pasti karena saya tidak pandai.
Kakak saya yang jago itu, dibanggakan ayah saya dulunya pernah dimasukkan di STM untuk  dipersiapkan jadi Insinyur di Bandung.Â
Kepala STM melihat nilai Kakak saya yang semuanya hampir mendekati sempurna, lalu dijelaskan "rugi kalau anak sepintar ini masuk STM. Alasannya di sekolah itu banyak praktek dan itu menyebabkan anak menjadi jenuh."
Jadi kalau mau jadi Insinyur, masukan ke SMA saja itu lebih baik.Â
Ayah menjalani petunjuk itu, jadilah ke SMA dan tugas kecilnya adalah mengajari saya yang tidak pintar Ilmu pasti sepulang sekolah.
Namun setelah tamat SMA Â kakak saya tidak mau ke ITB karena itu membebani orang tua dan diam diam ikut test Akabri Angkatan Laut.
Ayah mengetahui hal itu dan dapat memaklumi  tapi untuk masuk Akabri Laut atau Udara tidak disetujui oleh orang tua.
"Setiap hari jadi  burung di udara, atau jadi ikan dilaut, tidak bisa," ujar ayah.