Mungkin inilah aku. Tidak bisa diam dan patuh. Berjalan sekehendak hati, berlari mengikuti jiwa. Seperti rumput-rumput liar. Seperti ilalang. Semakin hidup saat dilepas, berkembang saat diabaikan, berbunga ketika ditinggalkan.
Tumbuh subur, mengakar dan kokoh berdiri walau disingkirkan dan dilupakan.  Karena angin yang mematangkan serbuk bunganya, dan hujan  yang melunakkan tanah keras di sekitarya.  Â
Siapakah  yang peduli pada rumput dan ilalang? Ketika menjulang, orang membabatnya sampai ke akar, menganggapnya musuh dan melahap lahan dengan mencurinya.  Siapakah yang menaruh hati pada bunganya? Karena banyak orang hanya mencintai  kecantikan dan wanginya.  Pernahkah bunga ilalang diatur manis  pada vas bunga penghias kamar?  Atau memindahkannya dari lahan tak bertuan ke dalam pot keramik halaman rumah?Â
Akulah seperti ilalang. Tak akan punah karena alam memeliharanya. Â
Yogyakarta, 29 April 2020. Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H