Kata Purnama identik dengan bulan, yaitu bulan purnama, dimana bulan terletak sejajar dengan bumi jika ditinjau dari matahari. Kita sepakati bahwa bulan purnama merupakan bulan yang paling indah dimana saat malam tiba ia bersinar ditengah kegelapan dengan penuh harap, dia kan temani sepanjang malam dan menemani penulis hingga berganti sang fajar pagi. Yang kita lupa yang indah tak selamanya indah berharap esok malam dia kan datang kembali menemani seperti halnya malam ini, ketika malam yang aku sebut besok tiba, harapan itu nyata dan yang aku dapat hanya kecewa.
"Purnama sebuah nama yang tak asing ditelinga, yang membuat mati isi jiwa" Purnama mengapa kemarin kau tiba dan malam ini kau tiada, seperti waktu yang tidak bisa diulang kau merenggut segala pucuk pengharapan dengan sadar kau pergi tanpa berpikir aku akan binasa ditelan rasa hampa berlumpur rindu yang tak akan jua.
Purnama aku sadari, bahwa aku lah yang terlalu berharap kau kembali, sedang tidak ada janji tertulis diatas materai bahwa kau tak akan pergi. Menunggu dan terus menunggu kau datang saat waktunya tiba kau datang di /30 hari, seperti biasa aku kembali berharap kau abadi menemani setiap malamku... But , lagi dan lagi...
Semua tak seindah harapnya tak seindah dengarnya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H