Mohon tunggu...
Yudi Kurniawan
Yudi Kurniawan Mohon Tunggu... Administrasi - Psikolog Klinis, Dosen

Psikolog Klinis | Dosen Fakultas Psikologi Universitas Semarang | Ikatan Psikolog Klinis Indonesia | Contact at kurniawan.yudika@gmail.com | Berkicau di @yudikurniawan27 |

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

The Avengers Age of Ultron: Pahlawan Super yang Diliputi Trauma

30 April 2015   22:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:30 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_381047" align="aligncenter" width="300" caption="sumber gambar www.ibtimes.co.uk"][/caption]

Steve Rogers: This isn't about beating Ultron, it's about proving we're not monsters.

Ucapan Captain America (Steve Rogers/Chris Evans)cukup menggambarkan kegelisahan para superhero dalam kisah The Avengers: Age of Ultron (AoU). Sekuel ini mengambil setting pascakejatuhan S.H.I.E.L.D di Captain America: Winter Soldier. Banyak adegan yang menggambarkan ketakutan dan kegamangan pada superhero, meskipun tidak sekelam trilogi Batman versi Nolan.

AoU dibuka oleh adegan penyerbuan Avengers ke markas Hydra di Sokovia (negara fiksi Marvel yang tampaknya berlokasi di Eropa Timur). Mereka ingin merebut tongkat Loki yang digunakan oleh Baron von Strucker (salah satu petinggi Hydra) untuk eksperimen pada dua saudara kembar, yaitu Pietro (Quicksilver/Aaron Johnson) dan Wanda Maximoff (Scarlet Witch/Elizabeth Olsen). Tony Stark (Iron Man/Robert Downey. Jr) berhasil mengambil tongkat Loki, setelah sempat terpengaruh halusinasi yang dibuat oleh Wanda.

Stark menyadari bahwa keselamatan bumi bisa terancam oleh makhluk apa saja, seperti pasukan Chitauri yang pernah mereka hadapi di New York. Diam-diam Stark ingin menciptakan sebuah kecerdasan buatan semacam J.A.R.V.I.S yang memiliki wujud fisik. Dia hanya menyampaikan ide tersebut kepada Bruce Banner (Hulk/Mark Ruffalo), karena tidak ingin menghabiskan waktu berdebat dengan anggota Avengers lainnya (terutama dengan Steve Rogers).

Tony Stark: In a world this vulnerable, we need something more powerful than any of us.

Proyek ini sepertinya akan gagal, karena hitungan-hitungan matematis yang dibuat Stark dan Banner tidak menemukan kecocokan. Di saat tak terduga, ketika para Avengers tengah berpesta, muncul sosok robot yang tampak rusak namun isi pikirannya sangat menyerupai manusia. Ya, dialah Ultron, proyek yang diharapkan oleh Stark dapat melindungi bumi. Sepintas, cara Ultron berbicara mengingatkan saya kepada suara Bane di The Dark Knight Rises. Pilihan kata-katanya cerdas sekaligus mengintimidasi lawan bicara. Karakter Ultron, ditambah dengan gaya bicaranya, sangat berpotensi menjadi musuh yang tidak hanya mengancam fisik para Avengers, tapi juga pikiran mereka. Coba simak salah satu kalimat Ultron kepada pada Avengers:

Ultron: [to the Avengers] I know you're good people. I know you mean well. But you just didn't think it through. There is only one path to peace... your extinction.

[caption id="attachment_381049" align="aligncenter" width="300" caption="sumber gambar www.heyuguys.com"]

14304065431663823123
14304065431663823123
[/caption]


Sayangnya, potensi serangan psikis Ultron menguap di tengah-tengah film. Ultron memang jahat, namun tidak cukup mengerikan untuk mengancam kekuatan Avengers. Justru konflik psikis para superhero dihadirkan oleh Wanda Maximoff a.k.a Scarlet Witch. Kemampuannya dalam manipulasi pikiran sukses menghadirkan trauma pada diri Natasha Romanoff (Scarlett Johansson/Black Widow) dan Steve Rogers, sekaligus memicu amukan Hulk. Sebenarnya, aksi Wanda pula yang akhirnya membuat Tony Stark meneruskan proyek Ultronnya. Saat hendak mengambil tongkat Loki, pikiran Tony Stark dimanipulasi sehingga dia melihat kematian para Avengers. Jadi, menurut saya, justru Wanda yang banyak memicu ketakutan-ketakutan dalam diri Tony Stark dan kawan-kawan.

Sekuel ini memang lebih kelam dan lebih banyak aksi laga dibandingkan seri pertama yang rilis 2012 lalu. Joss Whedon sebagai sutradara tahu bagaimana cara membagi porsi sembilan karakter superhero dalam durasi film yang terbatas. Ya, tentu saja ada beberapa karakter dengan porsi pendalaman yang sedikit, seperti si kembar Maximoff yang tidak terlalu dikulik masa lalunya dan juga karakter Vision. Saya cukup senang ketika Whedon menyelipkan adegan drama di antara sengitnya pertempuran Avengers versus Ultron. Sayangnya, saya merasa ada poin yang kurang dari film ini. Apa itu? Pendalaman karakter Ultron! Entah karena durasi film sudah banyak dihabiskan untuk pendalaman karakter Avengers, tapi rasanya karakter jahat Ultron tidak tergali dengan baik.

Pada beberapa adegan, Ultron tampak seperti makhluk yang lemah dan tidak percaya diri. Misalnya ketika Ultron dibandingkan dengan Tony Stark atau ketika Ultron ditinggalkan oleh Wanda dan Pietro Maximoff yang bergabung dengan Avengers. Sifat yang agak mirip dengan Loki di film The Avengers pertama. Ingat apa yang disampaikan Agen Coulson kepada Loki? Saat Loki sudah merasa menang, Agen Coulson mengatakan bahwa Loki tidak memiliki keyakinan. Ultron adalah penjahat yang mengancam secara fisik, tapi tidak untuk karakternya.

[caption id="attachment_381056" align="aligncenter" width="300" caption="sumber gambar www.youngsterhub.com"]

1430406842598466991
1430406842598466991
[/caption]

Pada akhirnya, seri AoU menjadi semacam pembuktian tiap Avengers untuk melawan trauma mereka sendiri. Ini menandakan bahwa superhero pun tetap memiliki ketakutan dan sisi kelam dalam hidupnya. Bahkan ada kalanya seorang pahlawan ingin pulang dan menghabiskan waktu bersama keluarga, jauh dari hiruk pikuk pertempuran. Seperti kutipan kalimat Rogers di atas, pertempuran ini untuk membuktikan bahwa mereka bukanlah monster. Kekuatan besar yang dimiliki para superhero membuat batasan antara pahlawan dan perusak menjadi sangat tipis. Benang merah yang dibawa AoU mirip dengan tren film superhero dalam satu dekade terakhir: dalam setiap trauma yang dihadapi pada pahlawan, selalu ada cara untuk bangkit dan menang. Seperti ucapan Clint Barton a.k.a Hawkeye untuk memotivasi Wanda Maximoff yang hampir putus asa kala melawan Ultron:

Clint Barton: [to Wanda] If you step out that door, you're an Avenger!

Overall, The Avengers: Age of Ultron cukup menghibur dan layak ditonton penggemar film superhero. Jika Anda mengharapkan kejutan dari film ini, mungkin Anda akan kecewa, kecuali kalau Anda tidak sabar untuk melihat siapa musuh para Avengers berikutnya J (rating pribadi: 7.5/10).

Selamat menyaksikan

@yudikurniawan27

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun