Mohon tunggu...
Yudi Kurniawan
Yudi Kurniawan Mohon Tunggu... Administrasi - Psikolog Klinis, Dosen

Psikolog Klinis | Dosen Fakultas Psikologi Universitas Semarang | Ikatan Psikolog Klinis Indonesia | Contact at kurniawan.yudika@gmail.com | Berkicau di @yudikurniawan27 |

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Silver Linings Playbook: Totalitas yang Berbuah Kualitas

8 Maret 2013   15:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:06 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_240821" align="alignleft" width="300" caption="sumber gambar: www.psychologyinaction.org "][/caption] Ada dua alasan yang membuat saya memasukkan Silver Linings Playbook (SLP) ke dalam daftar film wajib tonton. Film ini kental dengan tema psikologis dan ini adalah alasan pertama kenapa saya harus menyaksikan SLP. Kedua, ada Jennifer Lawrence di sana (hehe). Sejak melihat aksinya di The Hunger Games, saya langsung kepincut dengan wajahnya yang eksotis (unik mungkin lebih tepatnya, hehe). Kenyatannya, SLP memang mendapatkan banyak nominasi di Oscar 2013 dan si cantik Jen-Lawrence berhasil memboyong piala untuk kategori aktris utama terbaik.

Apa yang membuat film ini begitu menarik hingga mendapatkan nominasi Oscar 2013 untuk kategori film terbaik, sutradara terbaik, aktor utama dan pendukung terbaik, aktris utama dan pendukung terbaik, dan naskah adaptasi terbaik? Menurut saya, tema cerita dan karakter tokoh yang begitu kuat menjadi daya pikat utama film ini.

SLP mengisahkan tentang usaha Pat Solitano (Bradley Cooper) mendapatkan kembali kepercayaan istrinya yang bernama Nikki. Pat menjalani masa 8 bulan rehabilitasi psikis karena gangguan bipolar. Ia sebelumnya menjalani hukuman karena menghajar selingkuhan sang istri. Karena dianggap ‘berbahaya’, Pat akhirnya dijauhkan dari sang istri. Atas usaha ibunya (Jacki Weaver), Pat bisa keluar bersyarat dari pusat rehabilitasi. Gangguan bipolar termasuk gangguan suasana hati di mana penderitanya bisa berubah drastis dari perasaan bahagia berlebihan (mania) ke perasaan sedih (depresi). Perubahan ini biasanya terjadi dalam beberapa episode (istilah psikologis untuk menyatakan masa terjadinya gangguan). Salah satunya ditunjukkan dalam adegan ketika Pat begitu senangnya karena berhasil mendapatkan buku milik Nikki, tapi beberapa saat kemudian ia marah (karena isi dari buku itu) dan membuang buku itu keluar jendela (hingga kaca jendelanya pecah).

[caption id="attachment_240823" align="alignleft" width="300" caption="sumber gambar: www.ethnos.gr "]

13627545421932024549
13627545421932024549
[/caption] Pada satu kesempatan, Pat diundang makan malam oleh temannya yang bernama Ronnie. Di sanalah ia bertemu dengan Tiffany (Jennifer Lawrence), yang merupakan adik ipar Ronnie. Tiffany seorang janda yang ditinggal mati suaminya. Ia merasa kehilangan sekaligus bersalah pada sang suami, sehingga menjadi depresi dan hiperseks. Bukannya berkenalan dengan cara romantis, Tiffany dan Pat malah membahas mengenai obat yang mereka konsumsi untuk mengurangi gangguan psikis. Berawal dari makan malam, mereka meneruskan hubungan dengan prinsip saling menguntungkan.

Berdasarkan informasi dari Tiffany, Pat tahu bahwa Nikki sering bertemu dengan Veronica (kakak Tiffani/istri Ronnie). Pat ingin menulis surat untuk Nikki, tapi masalahnya itu adalah perbuatan melawan hukum dan Veronica pasti tak mau membantunya. Tiffany menawarkan diri untuk menjadi kurir, tapi dengan satu syarat: Pat harus menjadi pasangannya dalam kompetisi dansa bergengsi tingkat nasional!

[caption id="attachment_240822" align="alignright" width="300" caption="sumber gambar: www.feministing.com "]

13627544322132438370
13627544322132438370
[/caption]

Sejak itu, konflik terus bergulir. Ayah Pat (Robert de Niro) ternyata juga bermasalah dengan hukum karena pernah membuat onar di stadion sehingga ia dilarang menyaksikan pertandingan olahraga di stadion. Ia menghabiskan waktunya dengan bertaruh skor pertandingan bola bersama sesama rekan jomponya. Ayah Pat memiliki gangguan kepribadian obsesif kompulsif, sampai-sampai ia punya tiga remote control untuk satu televisi. Setiap kali menonton pertandingan, Pat senior selalu memegang sapu tangan yang lipatannya tidak boleh berubah. Ia yakin kalau posisi itu akan memberikan kemenangan untuk timnya. Pada satu adegan ketika mereka sedang berkumpul dan menonton televise di ruang keluarga, muncul Randy (kakak Pat). Randy ternyata tipikal saudara yang senang membanding-bandingkan pencapaiannya dengan Pat, semacam kecenderungan sibling rivalry (meski tak parah). Bisa dibayangkan bagaimana pusingnya ibu Pat merawat tiga pria yang semuanya punya masalah psikis.

Setelah serangkaian sesi latihan, Pat dan Tiffany akhirnya mengikuti kompetisi dansa. Itupun setelah mereka menjadi bahan taruhan oleh Pat senior dan temannya. Ayah Pat mempertaruhkan seluruh uangnya dengan sistem parlay (mempertaruhkan dua hal dan keduanya harus memenuhi syarat). Ia mempertaruhkan kemenangan tim bolanya dan penampilan anaknya di kompetisi dansa. Jika tim bolanya menang dan Tiffany bersama Pat berhasil meraih minimal 5 poin (dari maksimal 10), maka Pat senior berhak memenangkan taruhan.

Pat pada awalnya tak setuju kompetisi mereka dijadikan bahan taruhan, tapi ia dibujuk dengan iming-iming kehadiran Nikki di kompetisi dansa. Penampilan dansa mereka memang tak memukau juri, tapi mereka berhasil mendapatkan nilai rata-rata 5! Usai dansa, Pat berhasil menemui Nikki dan membisikkan sesuatu padanya. Tak disangka, Tiffany menangis dan meninggalkan lokasi kompetisi. Dan pada akhirnya, Pat tahu ke mana cintanya harus berlabuh.

*****

Nyaris semua karakter di film ini bermasalah. Penggambarannya seperti refleksi kehidupan kita di dunia nyata. Karakter Ronnie, sahabat Pat, yang terlihat mapan, punya istri cantik, dan anak yang lucu, ternyata begitu tertekan karena harus mengerjakan sesuatu yang sebenarnya tidak ia sukai. Persis seperti kondisi banyak orang yang terlihat sukses tapi sebenarnya tak bahagia.

Pat awalnya tampak tidak bermasalah dengan kejiwaannya (ia seorang guru sejarah), hingga akhirnya ia memergoki sang istri selingkuh dan menjadi depresi berat. Sepertinya kondisi keluarga ikut memengaruhi kondisi Pat. Satu-satunya anggota keluarga yang cukup waras hanyalah sang ibu. Begitu juga dengan Tiffany. Sejak kematian suaminya, ia berubah menjadi wanita kesepian sekaligus emosional. Ia masih punya kakak yang perhatian, tapi Tiffany merasa kalau kehidupan kakaknya lebih beruntung. Semacam kecenderungan sibling rivalry juga. Hebatnya, Jennifer Lawrence mampu memadukan karakter yang rapuh, penggoda, sensitif, emosional, sekaligus pemberani dalam diri seorang Tiffany. Tentu saja ini bukan pekerjaan mudah, tapi ia membuktikan kalau aktingnya layak diganjar piala Oscar.

[caption id="attachment_240826" align="aligncenter" width="300" caption="sumber gamabr: www.fanpop.com "]

13627547581814922662
13627547581814922662
[/caption]

Meski mengalami gangguan emosional, Pat dan Tiffany beruntung karena memiliki keluarga yang perhatian pada mereka. Mereka tak ditinggalkan, apalagi dikucilkan karena kondisi psikisnya. Ini adalah refleksi bahwa cinta bisa menyembuhkan semua luka. Pola ini juga terlihat dalam film A Beautiful Mind yang mengisahkan kehidupan ahli matematika bernama John Nash (Russel Crowe). Ia berjuang menghadapi skizofrenia, beruntungnya ia memiliki seorang istri yang amat perhatian. Pada akhirnya, Nash berhasil meraih penghargaan nobel ekonomi.

SLP menghadirkan keharuan, kekonyolan, sekaligus kisah cinta yang membuat penonton berpikir mengenai kehidupan. Jelas SLP bukan film biasa dan sayang sekali jika dilewatkan begitu saja.

Dalam kondisi seburuk apa pun, kita harus tetap percaya bahwa akan ada hal baik (silver lining). Sebesar apa pun masalah yang kita alami, cinta selalu mampu menyelesaikan semuanya.

@yudikurniawan27

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun