Mohon tunggu...
Yudi Kurniadi
Yudi Kurniadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja

Pekerja konstruksi dan penikmat sepakbola yang lagi suka menulis. Here We Go!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menakar Nasib Christian Eriksen yang Terasingkan di Inter Milan

11 Desember 2020   12:59 Diperbarui: 12 Desember 2020   08:38 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Christian Eriksen mungkin tak menyangka bahwa dia akan menjadi penghangat bangku cadangan di Inter Milan. Dia mungkin tidak akan menyangka pula, dirinya akan dimainkan di penghujung laga tak lebih dari 10 menit.

Pemain asal Denmark ini didatangkan Inter dari Tottenham Hotspur dengan biaya transfer sekitar 20 juta euro pada Januari 2020 dengan berdurasi hingga Juni 2024.

Kedatangannya ke Italia disinyalir akan sangat membantu untuk tim barunya, pasalnya La Beneamata sedang ingin memperkuat skuad dan memperkaya permainan mereka agar mampu bersaing di Liga Italia maupun kompetisi Eropa.

Kini yang terjadi justru sebaliknya. Bukannya melihat sosok Eriksen yang mengolah bola di atas lapangan dan berjuang bersama para pemain Inter lainnya, tapi kita malah jadi sering melihatnya di pinggir lapangan duduk manis di bench.

Eriksen baru bermain di 7 pertandingan pada musim ini, berbeda dengan apa yang dia dapat di Tottenham. Di Tottenham, dia mendapat menit bermain yang banyak dan hampir tak tersentuh.

***

Parahnya lagi, menurut pelatih Inter Antonio Conte mengatakan bahwa Eriksen tidak masuk dalam rencananya. Ia pun kecewa bahwa pemain berusia 28 tahun itu malah tidak sesuai dengan ekspektasi yang ia inginkan.

"Semua pilihan yang saya buat selalu dan hanya untuk kebaikan Inter, bukan untuk satu pemain saja. Pemain harus berguna untuk gagasan dan proyek agar kompetitif di level nasional dan internasional," ujar Conte dikutip dari Gazzetta dello Sport.

Eriksen sendiri bahkan mengeluh, situasi yang ia dapatkan di Inter merupakan hal yang tidak diinginkannya. Namun ia pun menghormati keputusan Conte yang mungkin memiliki ide-ide lain dalam mengolah Inter.

Padahal salah satu alasan Eriksen mau pindah ke Inter itu karena sosok Conte. Conte yang pernah membesut Chelsea dengan trofi Liga Inggris-nya merasa yakin bahwa ia akan sukses bersama Inter dan Conte. Bahkan Conte pun menyambut kedatangannya dengan tangan terbuka.

Namun yang terjadi, keduanya bahkan tidak ada kecocokan. Oleh karena itu ada beberapa opsi sebenarnya yang harus dilakukan oleh Eriksen agar dia bisa nyaman dan mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

Pertama, masalah bahasa. Rekan satu timnya di Inter, Romelu Lukaku menyarankan Eriksen untuk belajar bahasa Italia. Dengan begitu Eriksen akan lebih mudah beradaptasi dan mengerti dengan kondisi dan situasi di klub dan sepak bola Italia.

Lukaku bahkan mengakui bahwa, Eriksen itu tidak jelek-jelek amat. Ia bahkan bisa saja menjadi pemain terpenting di Inter asal mau beradaptasi dengan budaya sepak bola Italia.

Kedua, pindah klub. Beberapa pengamat bahkan para legenda sepak bola dari negeri Eriksen sendiri, Denmark. Melihat situasi ga karuan yang sedang menghinggapinya, menyarankan untuk pindah klub saja atau kembali ke Liga Inggris.

Dari dua pilihan opsi ini, saya kira yang lebih tepat untuk masa depan Eriksen adalah pindah klub mau dengan status permanen atau pinjaman terlebih dahulu. Eriksen seperti tidak akan sulit untuk menemukan pelabuhan barunya.

Bayern Munchen, Paris Saint-Germain, Real Madrid, bahkan West Ham United kabarnya sangat berminat pada Eriksen. Munchen misalnya mereka akan memberikan opsi pertukaran pemain tanpa biaya tambahan dengan salah satu pemainnya, yakni Corentin Tolisso.

***

Christian Eriksen tidak menampik berita transfer ini. Dia dalam posisi menunggu. Menunggu tim peminat yang mengajukan proposal resmi kepada Inter. Lantas, mengapa pemain seperti Christian Eriksen diburu banyak klub? Berikut analisisnya.

Secara individu, Eriksen bukanlah pemain kaleng-kalengan. Ia telah merengkuh prestasi lima gelar pemain terbaik Denmark pada 2013, 2014, 2015, 2017, dan 2018. 

Tetapi, sejauh ini ia belum mampu memberikan gelar bagi negaranya. Pencapaian terbaik Eriksen bersama tim nasional Denmark hanya membawa tim berjulukan Dinamit itu melaju ke babak 16 Besar Piala Dunia 2018.

Sementara soal skill. Eriksen mampu menjadi sosok yang mengatur kapan mesti menyerang dengan cepat, menunda (delay) permainan, hingga mengambil bola-bola mati. Kelihaiannya itu disebut Uffe Pedersen, kepala pemandu bakat Odense BK (klub masa kecil Eriksen), telah muncul sejak kecil.

So, kita jadi tahu bahwa dalam diri Christian Eriksen ini ada banyak kelebihan. Namun, sayang ia kurang beruntung bersama Inter. Sudah saatnya memang di Januari nanti lebih baik pergi dan menuju klub yang benar-benar mampu mengeksplorasikan kemampuannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun