Mohon tunggu...
Yudi Kresnasurya
Yudi Kresnasurya Mohon Tunggu... Lainnya - PRIBADI BIASA

BERSYUKURLAH MAKA ENGKAU BAHAGIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelajari Agama dengan Benar, Bukan Merasa Paling Benar

31 Maret 2021   14:08 Diperbarui: 31 Maret 2021   14:13 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia kembali digegerkan oleh aksi terorisme yakni kejadian bom bunuh diri di Makassar. Kasus terorisme yang muncul kembali di Indonesia akibat kejadian tadi mengingatkan bahwa terorisme memang harus selalu diwaspadai. Jangan mengangap remeh terorisme dan mengatakan terorisme sudah hilang, karena sesungguhnya terorisme hidup secara sembunyi -- sembunyi sehingga sangat sulit diketahui oleh masyarakat umum. Terorisme tidak terkait dengan agama apapun, karena semua agama pasti mengajarkan untuk selalu berbaik kepada siapapun, karena kalau mengajarkan berbuat jahat bagi orang lain berarti bukan agama.

Namun demikian banyak kasus terorisme yang dilakukan oleh orang-orang yang merasa dirinya menolong agama. Mereka yang melakukan aksi tersebut merasa sudah menolong berdirinya agama, melakukan kebaikan, memberantas kejahatan serta merasa bahwa aksi yang dilakukan adalah jihad sehingga yakin aksinya akan mengantarkannya masuk ke surga.

Pandangan mereka yang melakukan aksi bom tersebut terbentuk karena pengaruh dari ajaran yang mereka dapatkan dari kelompok -- kelompok yang sengaja ingin merusak agama serta negara. Ya kelompok-kelompok ini merasa pemahaman mereka atas agama adalah yang paling benar, dan di luar kelompok mereka adalah salah sehingga bagi siapapun yang menghalangi mereka harus dibinasakan.  Pemahaman agama yang demikian akhirnya menular menjadi benci terhadap bangsa dan negara sendiri.

Padahal para pemimpin kelompok tadi  sebenarnya orang yang takut berkorban dengan dirinya sendiri. Untuk mewujudkan keinginannya, mereka merekrut orang-orang lain yang biasanya miskin yaitu miskin harta dan miskin agama. Mereka akan pengaruhi orang-orang tersebut dengan mengiming-imingi janji baik dengan harta di kehidupan mereka serta janji masuk surga. Pengaruh para pemimpin gerakan ini terus dilakukan sehingga para pengikutnya setia dan mau berkorban, serta pada akhirnya mereka bersedia melakukan aksi kejahatan seperti di atas.

Pengikut-pengikut inilah yang kemudian dikorbankan oleh pemimpin kelompok terorisme untuk melakukan aksi seperti aksi bom di Makassar. Ironis memang, para pengikut yang tidak mengetahui agenda sebenarnya dari pemimpin kelompok, bersedia berkorban jiwa untuk menyenangkan pemimpin kelompok saja. Mereka hanya didoktrin bahwa aksi yang dilakukan akan berbuah surga. Bagi mereka, aksinya tidak peduli dilakukan di mana saja dan siapa saja yang akan terkena dampak dari aksi yang dilakukan.

Menghadapi kelompok -- kelompok teroris memang tidak boleh menganggap remeh, perlu ketegasan sekaligus kecerdikan. Bagi aparat keamanan mungkin lebih mudah mengatasi bahaya gerakan terorisme karena banyak sumber informasi, namun bagi masyarakat umum harus sangat waspada. Jangan mudah terjebak bujuk rayu walaupun dengan bertopeng agama. Jika hendak belajar agama maka pilihlah guru atau ustadz yang memang sudah dikenal secara luas baik di lingkungan nasional minimal lingkungan sekitar yang dinilai oleh masyarakat cukup baik dan mampu bersosialisasi sebagai tanda apakah orangnya patut dicurigai atau tidak.  Mempelajari agama dengan benar tidak akan mempertentangkan dengan nasionalisme bangsa. Antara agama dengan nasionalisme adalah saling menunjang dan mengokohkan. Waspada terhadap orang -- orang yang mempertentangkan nasionalisme dengan agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun