Mohon tunggu...
Yudi Kresnasurya
Yudi Kresnasurya Mohon Tunggu... Lainnya - PRIBADI BIASA

BERSYUKURLAH MAKA ENGKAU BAHAGIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bacalah... Semoga Menjadi Pintar dan Bijaksana

14 Oktober 2020   13:28 Diperbarui: 14 Oktober 2020   13:33 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membaca adalah pondasi yang paling dasar dan sangat penting dalam rangka menuntut ilmu. Tanpa membaca kita tidak bisa tahu seperti apa aslinya pelajaran yang diberikan kepada kita. Membaca juga memberikan nuansa kepuasan tersendiri karena bisa secara jelas mengetahui berbagai hal yang terjadi di masa lalu, masa kini dan prediksi di masa depan. Namun demikian tentu tidak cukup dengan membaca saja, perlu penerapan dalam keseharian apa-apa yang sudah dibaca tersebut sehingga tidak mudah lupa. Namun sekali lagi membaca adalah pintu gerbang pengetahuan bagi manusia.

Beberapa waktu ini  terjadi banyak penolakan masyarakat terhadap berbagai peraturan dari pemerintah, namun demikian banyak juga ditemukan bahwa yang menolak tersebut ternyata belum membaca peraturan yang mereka tolak. Mereka hanya mendengar dan mempercayai tokoh-tokoh yang sepemikiran  dengan mereka dan menurut mereka ahli serta diyakini sudah membaca aturan yang  mereka tolak. Sah-sah saja memang mereka mempercayai tokoh-tokoh tersebut, namun alangkah baiknya jika mereka sendiri juga sudah membaca aturan yang mereka tolak. Keuntungannya adalah mereka lebih paham dan jelas apa tujuan mereka menolak aturan yang dibuat, serta lebih penting lagi mereka bisa berpikir lebih luas apakah penyampaian dari tokoh-tokoh yang mereka percayai tersebut sesuai dengan isi aturan yang mereka tolak.

Banyak alasan yang dipakai oleh penolak suatu aturan bahwa mereka sangat yakin tokoh-tokkoh tersebut lebih benar daripada orang atau instirusi yang menjadi tujuan penolakan mereka, sehingga bagi mereka tidak perlu membaca lagi. Selain itu mereka biasanya tidak mau mendengar apalagi menerima alasan yang disuarakan oleh pihak yang diprotes oleh mereka. Hal ini sebenarnya ada beberapa alasan,

1. Mereka sangat yakin bahwa pihak mereka yang benar, pihak lain salah

2. Mereka menghindari pertanyaan yang substansi, seperti aturan apa yang ditolak mereka ? apakah benar ada dalam aturan tersebut (sesuai dengan yang ada dalam aturan)? tentu mereka akan kewalahan menjawabnya karena mereka sendiri tidak pernah membaca tetapi hanya mengira-ngira saja, sehingga bagi mereka lebih baik menghindar.

Berbeda dengan yang membaca maka mereka ketika ditanya tentu sudah menyiapkan jawaban yang lebih sempurna dan bisa menunjukkan alasan mereka merasa benar serta menunjukkan adanya hal-hal yang mereka tolak dalam aturan.

Begitu juga bagi para pembuat kebijakan / peraturan, mereka bahkan lebih wajib lagi membaca apa yang mereka buat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa ada banyak pembicaraan atau loby di kalangan para pembuat kebijakan / peraturan apalagi yang bersifat politis. Akibatnya banyak kalimat  yang sering berubah dalam draft kebijakan / aturan yang akan di buat, sehingga para pembuat kebijakan harus selalu membaca kembali draft kebijakan sebelum di sahkan menjadi kebijakan. Namun bisa jadi karena mereka sudah memiliki staf ahli, bisa saja mereka bertanya kepada staf ahli apa - apa (kalimat) yang berubah dalam draft kebijakan.

Sangat diharapkan bahwa selain mendapat dukungan dari staf ahli, para pembuat kebijakan harus memastikan membaca semua aturan yang akan disahkan. Hal ini sangat penting karena bisa jadi ketika mereka membaca sendiri draft tersebut akan membuat perbedaan susunan yang bisa lebih baik lagi dalam bakal aturan tersebut.

Membaca memang memberikan banyak keuntungan bagi manusia. Tuhan, Allah SWT, bahkan memberikan perintah yang pertama kali adalah  "Bacalah...". Makna perintah bacalah memang sangat luas, namun secara sederhana bisa dikatakan manusia memang harus membaca (mempelajari) dahulu segala sesuatu sebelum memutuskan / bertindak. Jangan sampai hanya ikut-ikutan saja tanpa tahu hal-hal yang sebenarnya karena malas membaca.

Membaca akan mendukung seseorang lebih pintar dan bijaksana dalam menanggapi sesuatu. Tidak ada salahnya  kita mempercayai seorang yang sudah ahli, namun lebih bijaksana lagi bila kita juga mengetahui persoalan sebenarnya, tentu dengan membaca secara langsung. Apalagi jika aturan / kebijakan tersebut menggunakan bahasa kita sendiri (Bahasa Indonesia).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun