Mohon tunggu...
Yudi Kita
Yudi Kita Mohon Tunggu... Wiraswasta - My life is a journey

Menulis adalah jalan cerita hidup untuk mengabadikan pikiran, pengalaman dan gagasan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jalan-jalan ke Tanjung Pinang

23 Februari 2018   09:12 Diperbarui: 23 Februari 2018   09:57 3460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Tanjung Pinang, mendengar nama tersebut, apa yang terlintas dipikiran anda pertama kali?, tetapi bagi saya kota ini adalah kenangan, ada begitu banyak hal yang membuat saya merindukan kota ini, mulai dari pertama kali menginjakkan kaki hingga sekarang. Dalam dunia traveling, kota ini dikenal sebagai kota berburu makanan aneka seafood menikmati pantai, namun yang lebih menonjol disini adalah gong-gong, ya gong-gong, ia adalah sejenis siput, yang telah menjadi ikon bagi kota tua ini.

Jika anda menuju ke Tanjung Pinang menggunakan transportasi laut dari Pelabuhan Punggur Batam dan menuju ke Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjung Pinang, maka begitu anda keluar dari Kapal Ferry langsung akan disuguhkan pemandangan gedung gong-gong raksasa yang terletak tak jauh dari pelabuhan tersebut, gedung gong-gong yang juga menjadi taman berada persis dipinggir laut, yang kini telah menjadi tempat selfie wajib bagi para wisatawan yang berkunjung ke kota ini.

Saya sudah 4 kali berkunjung ke Kota ini, kota tua yang nuasa kehidupan melayu sangat kental sekali. Memang dalam catatan sejarah berdasarkan Sulalatus Salatin, Tanjung Pinang merupakan bagian dari Kerajaan Malaka, bahkan pasca jatuhnya Malaka ketangan Portugal, kawasan ini pernah dijadikan sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Malaka, kemudian menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Johor, hingga kemudian Belanda mengambil alih setelah mampu mematahkan perjuangan Raja Haji Fisabilillah yang kini diabadikan untuk sebuah nama kampus terbesar di kota itu.

wisatago.com
wisatago.com
Bicara tentang Raja Fisabilillah, maka bicara tentang Pulau Peunyengat, nah di Peunyeungat ini ada sebuah Masjid yang cukup terkenal, Masjid ini tampak jelas terlihat dari Tanjung Pinang yang tepat berada bersebelahan dan dipisahkan oleh laut, jika kita berada digedung Gong-Gong, maka Masjid yang berada di Peunyeungat tampak terlihat dengan warna yang sangat mencolok yaitu kuning.

Pulau Peunyengat ini adalah pulau paling misteri dan segudang cerita mistik, dipulai ini Masjid yang corak kuning tersebut adalah menjadi tujuan utama para wisatawan, selain makam kerajaan, dan sejumlah tempat-tempat lainnya, menurut sejarah, Masjid tersebut dibangun dan direkat dengan putih telur, bukan hanya itu, konon katanya setiap orang yang Shalat lalu berdoa di Masjid tersebut, maka akan terkabul doanya. Jika anda ingin tau sensasi berada di Pulau Peunyengat, saya sarankan silahkan datang dan rasakan sendiri, cerita turun temurun, jika anda berkunjung ke pulau ini, silahkan diawali dengan niat yang baik dan berlaku baik serta sopan ketika tiba di pulau tersebut.

Kita kembali ke Tanjung Pinang, menurut sumber sensus penduduk (2010), disebutkan bahwa Etnis Melayu yang masih mendiami Tanjung Pinang adalah sebesar 30,7%, selebihnya di isi oleh Etnis Jawa 27,9%, Tionghoa 13,5% kemudian di isi oleh berbagai etnis lainnya seperti Minangkabau, Batak, Sunda, Bugis dan lainnya. Untuk etnis Tionghoa, jika anda menginjakkan kaki di Tanjung Pinang, keberadaan Etnis Tionghoa memang sangat tampak sekali, bahkan tampak keberadaan mereka saat anda pertama kali masuk kekapal untuk berangkat ke Tanjung Pinang. Etnis ini memang telah berbaur dengan masyarakat Tanjung Pinang dalam kurun waktu yang cukup lama.

reportasenews.com/
reportasenews.com/
Kemarin, ketika saya ke Tanjung Pinang, saya sudah berniat untuk makan Ikan Pari Bakar, karena Ikan Bakar memang menjadi andalan kuliner kota ini, saya sudah lama menginginkan Ikan Pari bakar ini, karena ikan ini adalah bagian dari masa lalu saya, ketika mengingatkan ikan pari, yang pertama terlintas adalah Kakek dan Nenek saya, diwaktu SMP dulu, ikan ini paling sering dibawa pulang oleh Kakek untuk dibakar dirumah, kami bisa menyantapnya 3-6 kali dalam sebulan, karena Kakek saya juga penyuka Ikan Pari Bakar, namun pasca pindah dan hidup dengan orang tua, saya tidak merasakannya lagi, jika pun ada dalam kurun waktu 8 tahun, saya merasakan Ikan Pari Bakar tidak lebih dari 7 kali (mungkin).

Maka untuk bernostalgia pada masa lalu saya, kemudian saya putuskan untuk makan ikan ini di Tanjung Pinang, yang memang menjadi salah satu andalan kuliner. Bagi anda penyuka kuliner seafood, Tanjung Pinang memang cocok menjadi tujuan wisata anda, oh ya, selain masakan, soal lokasi liburan, seperti pantai, tempat sejarah, soal ini anda tidak perlu bingung, disini anda akan menemukan banyak sekali lokasi-lokasi wisata yang dapat anda nikmati dan selfie-selfie untuk eksis dimedia social, tak percaya, lihat saja para instagramer Tanjung Pinang, dihiasi oleh berbagai foto-foto kece yang membuat anda segera ingin ke Tanjung Pinang.

Adapun tempat-tempat yang disarankan jika anda ke Tanjung Pinang adalah, Pantai Trikora, Danau Biru Bintan, Pulau Peunyengat, Bukit Panglong, Gedung Gong-Gong, White Sand Island, Jembatan Dompak yang tak kalah dari jembatan Barelang Batam, Treasure Bay Lagoi yang menjadi kolam renang terbesar di Asia Tenggara, Vihara Avalokitesvara dan masih banyak lainnya, yang berada diantara Bintan dan Tanjung Pinang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun