Mohon tunggu...
Yudi Kita
Yudi Kita Mohon Tunggu... Wiraswasta - My life is a journey

Menulis adalah jalan cerita hidup untuk mengabadikan pikiran, pengalaman dan gagasan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden Kontroversisasi

19 Februari 2015   23:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:52 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14243370691691618475

Pada tanggal 20 Oktober 2014 yang lalu Indonesia kembali dipimpin oleh seorang Presiden baru yang ke 7 bernama Joko Widodo alias Jokowi, pelantikan Jokowi sebagai Presiden ke 7 telah memberikan harapan baru bagi rakyat Indonesia, pasca memenangi pemilihan presiden bersaing dengan Prabowo Subianto. Kemenangan Jokowi bukan saja membuka harapan baru bagi masyarakat Indonesia tapi memberikan sejarah baru, yaitu siapapun bisa jadi Presiden dan itu dibuktikan oleh Jokowi yang hanya berasal dari keluarga sederhana dan tidak berasal dari keluarga politisi maupun kolongmerat.

Tepat pada tanggal 28 Januari 2015, Presiden Jokowi genap memasuki hari ke 100 dalam masa kekuasaannya, sejak ia dilantik dan memasuki gedung istana Negara yang super ketat itu telah menjadi tempat ia menghabiskan waktu kesehariannya dalam bekerja, sejak itu pula ia telah berjarak dengan masyarakat karena alasan keamanan dan kenyamanan seorang kepala Negara dalam bertugas. Bagi rakyat, pengamanan seorang presiden yang super ketat tidaklah menjadi problem yang harus dibahas, karena itu adalah kewajaran orang nomor satu di Negara ini mendapatkan fasilitas, tapi yang menjadi problem adalah jika janji politiknya dan visi misinya tidak terimplementasikan dengan baik dan tidak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Sejak 100 hari ia menjabat sebagai presiden, banyak hal yang sudah terjadi, bukan persoalan pujian yang membahana kepada orang nomor satu direpublik ini, tapi melainkan cacian, akibat ia selalu saja mengeluarkan kebijakan yang controversial, mulai masalah pemilihan menteri, kenaikan harga bahan bakar minyak, penunjukkan Kapolri, penunjukkan Watimpres dan berbagai kebijakannya yang dianggap mulai melenceng dari janji politik dan visi misinya.

Belum lagi saya rampung menyelesaikan tulisan ini, tiba tiba masyarakat Indonesia kembali dihebohkan dengan penangkapan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, penangkapan Bambang Widjojanto disinyalir berhubungan erat dengan penetapan Budi Gunawan (calon kapolri) sebagai tersangka oleh KPK, jadi dengan asumsi public bahwa polri ingin balas dendam terhadap ulah KPK akhirnya, polri bekerjasama dengan oknum PDIP untuk dapat menangkap salah satu komisioner KPK, akhirnya Bambang Widjojanto lah yang memiliki peluang untuk ditangkap, pertanyaan public pasti akan mengarah pada “kenapa tidak Abraham Samad saja yang ditangkap” karena selama ini dialah yang sedang disoroti, asumsi saya mungkin tidak ada bukti yang bisa didalihkan untuk dijadikan tersangka, sehingga adanya peluang pada Bambang Widjojanto, maka dialah yang ditangkap.

Melihat 100 hari masa kepemimpinan Jokowi sebagai orang nomor satu di republic ini, rasanya tidak berlebihan jika kita masyarakat Indonesia menganugerahi Jokowi sebagai presiden yang mampu menciptakan situasi yang “kontroversisasi” (mengutip gaya Vicky Prasetyo) diawal masa pemerintahannya.

Selain keputusan keputusan yang dianggap oleh masyarakat menimbulkan kontroversi selama ini, maka hampir tidak kita lihat/menonjol kebijakan Jokowi di awal masa pemerintahannya yang menguntungkan masyarakat atau menyentuh langsung persoalan masyarakat, sehingga harapan public pun terhadap arus gerakan perubahan yang akan di wujudkan oleh Jokowi semakin diragukan, apalagi konsep revolusi mentalnya yang digembar gemborkan pada masa kampanye.

Sejak penetapan para cabinet menteri yang dianggap public banyak titipan Mbak Megawati (sang ratu PDIP), bahkan para titipan Mega dianggap tidak berkapasitas, sehingga public menganggap  Jokowi dalam bayang bayang kekuasaan Mega, kemudian kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang pada saat minyak dunia malah sedang turun, sehingga membuat harga harga kebutuhan pokok melambung tinggi, namun tidak lama harga BBM dinaikkan, Jokowi tiba tiba kembali menurunkan harga BBM, bahkan terjadi sebanyak dua kali, tapi apalah nasi sudah jadi bubur, jika barang sudah naik, jangan harap akan turun.

Saat ini yang menjadi hangat perhatian public adalah penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka oleh KPK, sedangkan Jokowi sedang melakukan pengusulan Budi Gunawan sebagai Kapolri kepada DPR untuk dilakukan fit and proper test, penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka akhirnya membuat Jokowi menunda pelantikannya sebagai kapolri meski DPR telah menyetujuinya. Tertundanya Budi Gunawan dilantik sebagai kapolri membuat para pelobinya berang, tentunya Budi Gunawan dianggap sebagai orang terdekat Mega, dan akhirnya perang PDIP dengan KPK pun dimulai.

Hasto Kristiyanto Plt. Sekjend PDIP memberi kabar mengejutkan tentang Ketua KPK Abraham Samad, tentang keterlibatannya dalam pilpres, namun ia tidak menunjukkan satu bukti pun untuk menguatakan pernyataannya, tidak lama setelah Hasto Kristiyanto membeberkan kabar yang mengejutkan, Jumat pagi, Bambang Widjojanto ditangkap secara tiba tiba oleh polisi tanpa ada surat pemberitahuan kepada keluarga sebelumnya, penangkapan Bambang Widjojanto kembali menghebohkan masyarakat tanah air, sehingga muncullah hashtag #SaveKPK yang menjadi trending topics dunia pada hari ini.

Melihat kondisi KPK saat ini, mengingatkan saya pada janji Jokowi ketika mencalonkan dirinya sebagai Presiden, digedung KPK Jokowi menyampaikan “KPK ini perlu diperkuat, anggaran perlu ditambah. Kalau ekonomi kita bagus bisa sampai meloncatnya perkiraan saya kurang lebih bisa 10 kali lipat” bahkan tidak hanya itu, permasalahan penyidik pun dijanjikan oleh Jokowi “Saya kira ribuan lah perlu ditambahkan agar kekuatan KPK betul-betul sebagai institusi yang betul-betul begitu kuat. Kami sudah menyampaikan kami sangat menghargai dan mengapresiasi apa yang sudah dikerjakan KPK”. Sepertinya tipis sudah bagi KPK dan masyarakat untuk mengharapkan terimplementasinya janji Jokowi ini, apalagi melihat pernyataan Jokowi pada permasalahan kasus penangkapan Bambang Widjojanto.

Dan dengan sederetan peristiwa yang terjadi sejak Jokowi resmi dilantik sebagai Presiden Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2014 lalu, maka untuk 100 hari diawal masa pemerintahannya, ia layak dianugerahi “Presiden Kontroversisasi”, karena hanya itulah yang paling menonjol dan revolusi (no mental) yang terjadi diawal pemerintahannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun