Melihat situasi negeri ini pada saat ini sungguh terasa menyakitkan hati. Bagaimana tidak ? anak bangsa terpecah-pecah karena pilihan politik dan keyakinan yang berbeda membuat masyarakat menjadi terkotak-kotak..
Perbedaan memang tidak mungkin disatukan, tetapi dalam perbedaan seyogyanya ada saling menghargai pilihan yang berbeda. Dahulu kita juga bisa melihat bagaimana Soekarno sering berbeda pendapat dengan M. Hatta, Agus Salim, M. Natsir dan tokoh-tokoh pejuang yang lain, tetapi bila telah disepakati bersama secara musyawarah maka mereka menaatinya dan tidak mengajak pengikut di bawahnya untuk menentangnya.
Kalau ditarik ke  belakang sekitar tiga tahun yang lalu, dalam Pemilihan Umum 2014, maka terlihat bahwa PDIP adalah pemenang PEMILU 2014 yang pada akhirnya Menyokong Joko Widodo yang pada saat itu menjadi Gubernur DKI Jakarta untuk maju dalam pemilihan Presiden tahun 2014.
Masalahnya adalah generasi Muslim Mileneal banyak yang percaya bahwa Joko Widodo melakukan kecurangan dalam Pemilihan Umum 2014 bahkan banyak kalangan tokoh-tokoh Islam yang meyakini hal ini dan sering menceritakan dalam ceramah-ceramahnya.
Seperti api dalam sekam, kebencian ini tumbuh secara perlahan, apalagi walaupun Joko Widodo adalah seorang Muslim tetapi banyak yang meyakini dengan ideologi Marhaenisme yang dianut nya, maka banyak kalangan yang menyatakan pembelaan kepada Muslim akan berkurang.
Naiknya Joko Widodo menjadi Presiden Republik Indonesia mengalahkan Prabowo Subianto menjadikan Basuki Cahaya Purnama atau Ahok naik menjadi Gubernur DKI. Sebenarnya banyak perubahan yang dilakukan pada masa Gubernur di jabat oleh Ahok dan tidak ada satu pun masyarakat Jakarta yang tidak mengakuinya. Tetapi mereka justru mempermasalahkan agama yang dianutnya yang berbeda dengan mayoritas pemeluk agama di negeri ini. Kecurigaan beberapa golongan Muslim pun terjadi. Seperti isu adanya Kristenisasi, adanya program yang terselubung sampai adanya isu dijadikannya proyek pulau reklamasi sebagai Singapura baru.Â
Parahnya lagi, media sosial pun ikut menyebarkannya secara massif bahkan beberapa ceramah bernada provokatif pun ikut memanaskan suasana. Apalagi selalu didengungkan pernyataan bahwa  " Boleh nya  bersikap Suuzhon (buruk sangka) kepada Non Muslim" dan bersikap "Khusnuszhon (berbaik sangka) kepada Sesama Muslim".
Suasana pun bertambah panas, sampai diadakannya PILKADA DKI Jakarta yang akhirnya terpilih Gubernur baru yakni Anis Baswedan. Masyarakat yang memenangkan Anis Baswedan menginginkan agar beliau segera dilantik tanpa harus menunggu bulan Oktober 2017 agar segera menggantikan Ahok.Â