[caption caption="fajar.co.id"][/caption]
Memanasnya peta konstelasi politik DKI Jakarta sangat luar biasa, terakhir pernyataan Yusril Ihza Mahendra yang ikut meramaikan Pilkada DKI membuat kalkulasi politik ikut juga berubah. Dukungan Yusril akan kuat, karena didukung oleh pemilih-pemilih basis Islam kalangan tradisional  yang jumlahnya cukup banyak. Apalagi kemenangan kakak Yusril, di Belitung Timur menambah energi untuk melawan Ahok dengan pernyataan "Incumbent bisa juga dikalahkan".
Sebelumnya, kita melihat bahwa Ahok bersedia dicalonkan oleh PDI-P dan disandingkan kembali oleh Djarot Saiful Hidayat. Memilih jalur partai sangat memungkinkan bagi Ahok untuk melaju dengan mulus, karena  PDI-P memiliki 28 Kursi DPRD dari 22 kursi yang dipersyaratkan untuk mencalonkan diri melalui jalur partai.
Masalahnya adalah, PDI-P tidak sudi bekerjasama dengan Teman Ahok.
Jelas, sebagai pemenang pemilu di Jakarta, rasanya tidak mungkin sebuah partai mau bekerjasama dengan sebuah institusi yang dianggap bagi partai adalah pesaingnya dalam merebut dukungan dan simpati rakyat.
Ahok akan dihadapkan pilihan, pilih PDI-P atau Teman Ahok?
Pernyataan Basuki Cahaya Purnama, bahwa PDI-P harus meminta izin kepada Teman Ahok menurut penulis merupakan pernyataan sembrono dari Ahok. Seharusnya Ahok tidak menyatakan hal tersebut, karena Pilkada yang tinggal setahun lagi, seyogyanya para calon Gubernur tidak melakukan perlawanan, apalagi kepada partai seperti PDI-P.
Kelihatannya Ahok, sangat percaya diri untuk dicalonkan melalui jalur independen. Melalui pengumpulan KTP dan pengisian formulir yang ditargetkan oleh Teman Ahok  pada bulan Mei 2016, mencapai 1 juta. Walaupun MK memutuskan pengumpulan KTP bagi perseorangan atau jalur independen tidak mencapai 600 ribu, tetap saja bila diklarifikasi oleh KPUD suara tersebut biasanya akan berkurang
Keras Kepalanya Ahok akan ditandai PDI-P sebuah perlawanan, apalagi partai ini tetap melihat calon lain yang bersinar. Bila Ahok tetap memaksa adanya izin dari Teman Ahok untuk dicalonkan, maka bisa jadi PDI-P akan melihat calon lain yang sepadan untuk melawan Ahok.
Dari Calon Gubernur yang telah mendeklarasikan diri....kelihatannya Yusril berpeluang untuk menjadi pesaing yang kuat bagi Ahok. Beliau berpengalaman pada zaman Soeharto sebagai Sekretaris Negara, menulis naskah yang dibacakan Presiden, pernah mencalonkan diri menjadi Presiden pada masa Reformasi, walaupun akhirnya mengundurkan diri karena desakan dari poros tengah yang mencalonkan Abdurrahman Wahid menjadi Presiden untuk melawan Megawati Soekarnoputri...
Yusril, jelas bukan lawan yang enteng, bagaimana kampanyenya ketika membantu kemenangan kakaknya di Belitung Timur, harus menjadi pelajaran bagi Ahok, bahwa incumbent bisa dikalahkanÂ