Mohon tunggu...
Yudi Hardi Susilo
Yudi Hardi Susilo Mohon Tunggu... Apoteker - Master of Clinical Pharmacy

Pernah belajar tentang obat dan racun

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menulis Itu Mudah, Tapi....

11 Juni 2017   22:59 Diperbarui: 12 Juni 2017   07:59 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Beberapa waktu lalu saya coba mengirimkan tulisan ke Redaksi Kompas melalui email opini@kompas.co.id dengan harapan tentunya bisa dimuat di koran cetak Kompas dan bermimpi jadi terkenal sebagai penulis Nasional. Membayangkannya saja rasanya sudah membuat kadar adrenalin dan endorfin didalam tubuh seolah meningkat tajam secara bersamaan. Perasaan bahagia dan semangat yang muncul ketika membayangkan sebuah kesuksesan.

Hari ini demi hari menanti dengan harap-harap cemas dan akhirnya sebulan setelah dikirimnya artikel, ada balasan dari redaksi Kompas dengan subyek email: Pengembalian Artikel Kompas. Isinya sudah jelas dengan membaca judul subyek email dapat diketahui bahwa artikel tidak bisa dimuat. Kalau tidak salah, redaksionalnya sama ketika artikel pertama beberapa tahun yang lalu ditolak juga. Disebutkan bahwa alasan pengembalian adalah karena analisis kurang mendalam, kurang tajam dan uraian sumir. Yang menarik adalah penilaian redaksi begitu sopan dan menghibur. Untung saja mereka tidak bilang, bahwa "tulisan Anda jelek!" atau "tulisan anda salah alamat, ini koran Nasional! Nasional! Ingat, Nasional!", ya untung saja mereka menolak karena alasan tulisan, bukan penulisnya. Bayangkan bila, pengembalian artikel disertai kata-kata,"Kamu itu siapa?? Pake kirim-kirim artikel segala! Ngaca dong ngaca!" Untung saja mereka tidak seperti itu. Bahkan Redaksi Kompas tetap memberikan semangat lagi untuk terus menulis dan berusaha lebih baik.

Menulis itu memang mudah dan bila punya blog sendiri tentu bisa langsung dimuat dan dibaca orang lain. Tapi menulis di media umum yang mempunyai tim untuk mereview tulisan yang akan dimuat dalam versi cetak ternyata susah. Tulisan pertama yang pernah dimuat dikoran cetak tingkat daerah provinsi dihargai dengan 25 ribu rupiah. Tentu saja honor tulisan sengaja tidak diambil karena tujuan menulis waktu itu hingga sekarang adalah yang penting dimuat dan ide sampai pada masyarakat. Sekitar lima tulisan dimuat dimedia yang sama dengan jarak yang lumayan jauh dari tulisan satu dengan tulisan yang lain. Namun, dilain kesempatan menulis untuk koran didaerah lain, sebanyak tiga artikel yang terkirim, tidak ada satu pun yang dimuat. 

Menulis memang bisa dilakukan oleh semua orang, namun tidak semua orang berhasil menulis untuk suatu media didaerah tertentu akan juga berhasil di media lainnya. Sebagai contoh kasus artikel untuk Opini Kompas di atas tadi, bahwa redaksi Kompas mempunyai ketentuan-ketentuan agar artikel bisa dimuat adalah sebagai berikut:
1. Asli, bukan plagiasi, bukan saduran, bukan terjemahan, bukan sekadar kompilasi, bukan rangkuman pendapat/buku orang lain .
2. Belum pernah dimuat di media atau penerbitan lain termasuk Blog, dan juga tidak dikirim bersamaan ke media atau penerbitan lain.
3. Topik yang diuraikan atau dibahas adalah sesuatu yang actual, relevan, dan menjadi persoalan dalam masyarakat.
4. Substansi yang dibahas menyangkut kepentingan umum, bukan kepentingan komuninas tertentu, karena Kompas adalah media umum dan bukan majalah vak atau jurnal dari disiplin tertentu.
5. Artikel mengandung hal baru yang belum pernah dikemukakan penulis lain, baik informasinya, pandangan, pencerahan, pendekatan, saran, maupun solusinya.
6. Uraiannya bisa membuka pemahaman atau pemaknaan baru maupun inspirasi atas suatu masalah atau fenomena.
7. Penyajian tidak berkepanjangan, dan menggunakan bahasa populer/luwes yang mudah ditangkap oleh pembaca yang awam sekalipun. Panjang tulisan 3,5 halaman kuarto spasi ganda atau 700 kata atau 5000 karakter (dengan spasi) ditulis dengan program Words.
8. Artikel tidak boleh ditulis berdua atau lebih.
9. Menyertakan data diri/daftar riwayat hidup singkat (termasuk nomor telepon / HP), nama Bank dan nomor rekening (abaikan bila sudah pernah kiri

Penulis-penulis yang telah berhasil dimuat artikelnya di Kompas memang memiliki bahasa yang "enak dibaca", dibandingkan dengan artikel yang saya tulis, jauh kualitasnya. Namun seharusnya, tulisan-tulisan seperti mereka bisa saya buat. Mungkin perlu lebih tenang dan fokus saja agar bisa menghasilkan tulisan yang baik. Ide tulisan begitu banyak di kepala. Bila cuma disimpan saja dalam kotak sangat disayangkan. Banyak orang yang juga bernasib sama seperti saya, terobsesi untuk menyampaikan ide agar dibaca oleh masyarakat lebih luas. Untung ada Kompasiana yang dengan baik hati mengizinkan menyimpan isi pikiran saya selama ini. Kompasiana secara tidak langsung melatih orang untuk menulis dengan baik melalui penilaian artikel, kategorisasi artikel pilihan dan headline serta komunitas-komunitas yang terbentuk antar penulis. Semoga Kompasiana tetap ada dan bisa mensejahterakan para penulis yang berkontribusi didalamnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun