Mohon tunggu...
Yudie .
Yudie . Mohon Tunggu... -

Saya adalah seorang mahasiswa pendidikan bahasa inggris di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Diusir Cantik

2 Oktober 2014   16:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:40 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sungguh hujan dan angin menjadi satu,
Petir dan kilat menjadi pelengkap rindu,
Malam nanti ia berjanji tuk kembali,
Sekedar meneguk haus dari luar jangkauan imajinasi,
Rindu ini milik siapa?
Meski ada tanda tanya, namun tak butuh satu jawaban,
Ohhhhh maaak, temaram hancur ditikam angin malam.
Berjalan menelusuri jejak yang rapuh,
Ditengah hujan dan dingin, kilat dan petir
Berhenti didalam lorong gelap,
Hanya untuk sekedar bersujud dan mengadu,
Berteriak, aku rindu,
Kedinginan, menggigil, kebingungan,
Ooohhhhh ternyata.......
Aku telah diusir cantik oleh kota Jogja,
Meskipun kemaren kita baru jumpa,
Kemaren kita menatap senja,
Melawan sang waktu,
Bermanja dengan sang rindu,
Milea,.....
Lupakah kamu dengan amarah sang malam,
Ketika kita diperangi kedinginan,
Waktu...
Maafkan kami telah membunuhmu,
Malam...
Jangan marah hanya karena kami terlambat pulang,
Rindu...
Bangunkan semangat baru untuknya dan untukku,
Ohhhhh... aku kan akan menjadi sang perindu,
Antara Kau, ibu dan dia.
Buat ibu,
Anakmu kini bukan hanya anakmu,
Sudilah kiranya anakmu berbagi rindu,
Pada wanita anggun sepertimu,
Pada sebuah senja di bukit itu,
Senja kota, bawa dia kepelukanku
Nanti.

Diusir cantik,
Jogja, 02 Oktober 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun