Mohon tunggu...
Yudi Darmawan
Yudi Darmawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa yang menyukai fotografi, musik dan jurnalisme.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Belajar dari Bagong

13 Mei 2011   11:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:45 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah suatu ketika saya merasa bersalah padahal baru melihat suatu kebaikan. Kebaikan yang dilakukan seseorang teman saya yang saya sendiri tidak pernah mengerti jalan fikirannya, yang menginspirasi saya untuk meneladani perbuatannya. Dia merupakan teman yang selalu ingin bekerja "di belakang layar", anti kepopuleran , tak terkontaminasi dan selalu mengaku tak mengetahui apa-apa. Sebut saja namanya Bagong, agar lebih mudah memanggilnya daripada terus menggunakan kata ganti dia.

Apa yang saya katakan sebelumnya, bahwa saya merasa bersalah telah melihat suatu kebaikan, ya, itu karena Bagong. Kejadian bermula saat kami berempat pulang dari sebuah keperluan di sebuah pusat perbelanjaan di kota saya. Dari awal kami memang tidak menaiki kendaraan pribadi: saya karena ingin sekali-sekali menaiki angkutan umum, dua orang lainnya tidak memiliki kendaraan dan satu lagi karena merasa aneh kalau bawa kendaraan sendiri. Keluar dari pusat perbelnjaan itu, kami berjalan sekitar satu kilometer menuju sebuah persimpangan tempat menunggu angkot.

Saat kami berjalan berempat, kami melihat seorang lelaki yang sudah cukup tua dengan keadaan yang menyedihkan. Lelaki tua itu mempunyai cacat di tangan kirinya yang membuat tangan kirinya itu sangat kecil dan berukuran hanya setengah dari tangan kanannya dan hanya tergantung di badannya karena mungkin tidak bisa digunakan. Belum lagi kondisi kakinya yang sepertinya terkena kusta, yang mungkin sebagian dari kita akan merasa jijik karena lalat berhinggapan. Saat melewati jalan itu dan melintasi lelaki tua itu, kami tampak kasihan dan saling bertatapan satu sama lain, tapi ya hanya itu saja, hanya rasa kasihan dalam hati itu saja tapi tak memberikan apa-apa. Saat itu Bagong malah tidak melihat sedikitpun dan membuang tatapannya, seperti orang tidak peduli.

Kami terus berjalan sampai sekitar 50 meter dari lelaki tua yang menyedihkan itu, tiba-tiba Bagong berkata: waduh, ada yang ketinggalan nih aku, kalian duluan saja ya, nanti aku menyusul. Kami bertanya heran, apa sih yang ketinggalan, bukannya kita baru dari tempat perbelanjaan. Bagong tampak salah tingkah dengan menjawab: hmm, anu.. hmm.. itu, pokoknya aku kesana dulu, kalian duluan saja. Setelah itu Bagong berlari kecil dan kami melanjutkan perjalanan. Saat Bagong mulai menjauh, saya kehausan dan kami berhenti sejenak lalu saya mencari kedai tempat menjual air mineral ke arah belakang yang sudah kami lalui. Saya menemukan kedai dan langsung membeli air mineral gelas dan terduduk di bangku kecil kedai itu. Sambil menatap sekitar, tiba-tiba pandangan saya tertuju kearah lelaki tua tadi, dan yang sangat mengejutkan, Bagong sedang berjongkok disitu dan terlihat mengeluarkan sesuatu dari saku belakangnya. Saya terus perhatikan, Bagong terlihat seperti orang ketakutan, dia melihat ke kanan, ke kiri dan sekitarnya, sepertinya dia takut terlihat seseoang. Lalu saya lihat dia mengambil dengan cepat isi dompetnya, tak begitu jelas berapa banyaknya, tapi saya rasa itu banyak karena terlihat segenggam dan diselipkannya ke kantong baju lusuh itu. Dari jauh, lelaki tua itu tampak heran, lalu dia mengangkat kedua tangannya, mungkin dia berdoa lalu Bagong terlihat seperti orang ketakutan lagi sambil melihat sekitarnya dan seperti orang yang terburu-buru dia meninggalkan lelaki tua yang terus saja berdoa walau Bagong tak memperdulikannya yang sudah agak jauh.

Bagong berlari kecil, mungkin bermaksud menyusul kami, saya yang sedang duduk heran langsung berdiri dan menghampiri teman lain dan mengajak mereka pergi. Saya pura-pura tidak tahu, lalu dari jauh terdengar suara Bagong memanggil kami sambil berlari. Kami bertanya apa yang ketinggalan itu, lalu sedikit cengengesan dia menjawab: hehe, lupa, ternyata gak ada yang ketingalan. Saya menatapnya dengan penuh keheranan tapi dia masih saja cengengesan.

Pray..
Ya Allah, ampunilah hamba, karena hamba dengan tidak sengaja telah merusak niat baiknya agar tak terlihat siapapun dalam beramal. Di satu sisi, hamba berterima kasih padaMu karena hamba diperlihatkan kebesaranMu melalui teladan yang baik. Ya Allah, jauhkan lah hamba dari sifat riya dalam hal apapun, serta jauhkan juga hamba dari orang-orang yang riya dalam amal ibadah. Perbanyaklah teman hamba yang seperti Bagong dan mudahkanlah hamba dalam belajar dan meneladani kebaikan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun