Mohon tunggu...
Yudi Bachtiar
Yudi Bachtiar Mohon Tunggu... profesional -

khalifah fil ardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Doa-Doa Pengancam Nyawa di Jalan Raya

4 Januari 2015   17:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:50 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_344749" align="alignnone" width="550" caption="Foto Ilustrasi (Sumber: Pri)"][/caption]

Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2009, jumlah kendaraan bermotor di Indonesia sebesar 67.336.644 kendaraan, dan lima tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2013, jumlah kendaraan bermotor meningkat 64,7% menjadi 104.118.969 kendaraan yang didominasi oleh sepeda motor sebanyak 84.732.652 kendaraan atau 81,4%.

Dari data di atas, tentunya sudah terbayang di kepala kita akan betapa banyaknya kendaraan bermotor yang berada di sekitar kita. Di desa, di kota, di pulau Jawa, Sumatra, Bali, dan pulau-pulau lainnya, kendaraan bermotor terus-menerus beranak-pinak seperti kutu.

Makin bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di Indonesia memiliki banyak sebab, di antaranya adalah ketidakpuasan publik terhadap fasilitas transportasi umum yang tidak nyaman, tidak aman, dan relatif mahal, serta begitu mudahnya mekanisme perizinan untuk memiliki sebuah kendaraan bermotor.

Lambat laun kondisi tersebut berdampak negatif bagi kehidupan kita. Selain makin bertambahnya kemacetan, polusi udara dan polusi suara, keselamatan kita juga semakin terancam mengingat banyaknya kendaraan bermotor ternyata tidak diiringi dengan meningkatnya kesadaran pengendara bermotor terhadap pentingnya mematuhi aturan dan etika di jalanan.

Mungkin Anda pernah menjadi korban atau setidaknya melihat perilaku liar sebagian pengendara kendaraan bermotor, utamanya sepeda motor. Ketika lampu merah menyala, masih ada yang nekat menerobos; ketika ada kendaraan atau orang yang hendak menyeberang jalan, masih ada yang ogah menarik tuas rem dan memelankan laju kendaraannya; ketika azan berkumandang dan sholat didirikan di masjid-masjid yang berdekatan dengan jalan raya, masih ada yang kebut-kebutan dengan kendaraannya yang berknalpot bising sehingga mengganggu kekhusyuan sholat para jamaah; dan masih banyak lagi kasus lainnya.

Semua itu tentu sangat mengganggu dan termasuk perilaku zalim karena dapat merugikan orang lain. Sering kali ketika melihat perilaku-perilaku negatif di atas, saya sering menyaksikan orang-orang mengumpat dan mendoakan hal-hal buruk kepada si pelaku.

“Semoga cepat mati kau, setan!”

“Mampus lu, sialan!”

Dan masih banyak lagi doa-doa dan umpatan yang lebih mengerikan.

Sering kali saya merinding mendengarnya, karena kata KH. Abdullah Gymnastiar, dalam sebuah ceramahnya pernah mengatakan bahwa doa-doa orang yang dizalimi itu mustajab, apalagi jika jumlahnya banyak. Astagfirullah, pantas saja banyak terjadi kecelakaan di jalan raya, karena selain perilaku buruk si pengendara itu sendiri, mungkin juga karena terkabulnya doa-doa yang mengancam itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun