Ini adalah kelanjutan dari artikel BUMN 101. Pada artikel ini mencoba membahas mengenai apa. bagaimana dan berapa besar kontribusi BUMN terhadap perekonomian negara.
Banyak pertanyaan kenapa BUMN didivestasikan, menurut teori ekonomi, tentunya divestasi tersebut karena perusahaan yang bersangkutan membutuhkan dana segar untuk perluasan usaha. Hanya khusus BUMN jawabannya tidak semudah membaca literatur pasar modal. Alasan dasar privatisasi BUMN beragam, tetapi benang merah dari kesemua alasan adalah untuk meningkatkan efisiensi, profesionalitas dan berakhir kepada profit-making company untuk Negara (saya akan mengecualikan Indosat untuk kasus ini).
Beberapa Fakta Penting untuk diketahui terlebih dahulu sebagai dasar pemahaman:
- Dari 143 BUMN, 'baru' 15 yang didivestasi, 14 melalui skema public offering, satu melalui private placement (Indosat);
- Kasus private placement Indosat paling rame, karena banyak sekali isu-isu konstipasi yang berkembang disekitarnya; dan
- 14 BUMN yang sudah go public adalah: PT Semen Gresik (tahun 1991), PT Timah (1995), BNI (1996 dan 2007), PT Aneka Tambang (1997), PT Telkom (2001), PT Indofarma (2001), PT Kimia Farma (2002), BRI (2003), Bank Mandiri (2003), PT PGN (2003), PT TB Bukit Asam (2003), PT Adhi Karya (2004), dan terbaru adalah PT Jasa Marga (2007) dan PT Wijaya Karya (2007).
Sekarang mari kita bicara value creation dari BUMN yang diprivatisasi. Banyak yang menuduh bahwa BUMN dijual-jualin selayaknya toko kelontong dan hasilnya tidak dirasakan masyarakat banyak. Really?
Berapa besar Value Creation yang diciptakan BUMN?
- Untuk sekedar memberikan pandangan lain, patut dicermati bahwa market value BUMN Tbk (BUMN yang diprivatisasi=14 BUMN) rata-rata mencapai kenaikan 452,13%, dengan kenaikan tertinggi dicatatkan oleh PT Tambang Batubara Bukit Asam yang mencapai peningkatan hingga 1004,35% dan terendah disumbang oleh PT Indofarma yang 'hanya' mencatatkan kenaikan sebesar 10%. Bandingkan dengan rata-rata kenaikan market value keseluruhan BUMN (yang sudah diprivatisasikan dan yang belum/tidak diprivatisasikan) rata-rata adalah 57,86%.
- Keseluruhan BUMN Terbuka menguasai 28,46% dari total kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia atau senilai dengan Rp.512,7 Triliun (per 31 Juli 2008), dimana market cap terbesar disumbang oleh Telkom (204 Triliun Rupiah), BRI (65 Triliun Rupiah) dan Bank Mandiri (59,221 Triliun Rupiah)
- Return on Asset BUMN Terbuka adalah 4,64% dibandingkan dengan seluruh BUMN lain sebesar 6,67% (Penting dicatat: ROA BUMN lain menjadi lebih besar dari ROA BUMN Terbuka karena disumbang oleh ROA PT Pertamina sendirian yang mencapai 11,56%)
Catatan Khusus:
Saham BUMN di Bursa dinilai terkoreksi tajam berbanding terbalik dengan fundamental perusahaan (under valued), sehingga Pemerintah melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Departemen Keuangan  pada tahun 2009 ini memiliki rencana buy back saham-saham seluruh BUMN Terbuka, kecuali tiga perusahaan, yaitu Bank Mandiri, BRI dan BNI semata untuk menjaga likuiditasnya. Belum diketahui besar persentase saham yang akan di-buy back oleh Pemerintah.
Lihat pula BUMN 101 terkait masalah pengendalian BUMN.
Berapa besar kontribusi ke rakyat dan/atau perekonomian Negara?
- Kontribusi dividen BUMN terhadap APBN 2008 adalah sebesar Rp 31 Triliun dari total Pendapatan Negara Bukan Pajak sebesar Rp 235,2 Triliun atau sebesar 13,18% (Penting dicatat: persentase terbesar pendapatan bukan pajak yaitu sebesar 68,62% disumbangkan oleh SDA (minyak, gas, mineral,kayu,dlsb))
- Setoran Pajak BUMN per tahun 2006 adalah sebesar Rp 45,30 Triliun dari total pendapatan dari pajak sebesar Rp 409,2 Triliun atau sebesar 11,07% (Mohon maaf hanya bisa menyajikan data tahun 2006, tahun 2007 sampai 2008 masih gelap datanya dari Dirjen Pajak)
- Persentase BUMN terhadap GDP 2007 adalah sebesar 3,23% (Capex) dan 17,03% (Opex). Nilai ini dipandang cukup signifikan untuk memberikan kontribusi terhadap perekonomian Negara
- Capex BUMN tahun 2008 adalah Rp 120,69 Triliun dan Opex sebesar Rp 821,40 Triliun dengan perkiraan serapan tenaga kerja sebesar 318.401 orang
- Program Kemitraan BUMN hingga tahun 2007 (audited), jumlah dana yang disalurkan sebesar Rp 6,07 Triliun dengan jumlah mitra binaan di seluruh Indonesia sebesar 479.502 unit usaha
- Sumbangan Bina Lingkungan (community services) seluruh BUMN sampai dengan tahun 2006 adalah sebesar Rp 732,2 Milyar
Pertanyaan berikutnya adalah, kalau memang begitu menariknya BUMN diprivatisasi, mengapa tidak semua BUMN diprivatisasi, agar semua BUMN lebih efektif, efisien, professional dan tidak dijadikan sapi perah? Â Untuk menjawab pertanyaan itu, harus dibedah dulu rencana pembentukan BUMN Super-Holding (Road Map to Super-Holding) yang akan saya sajikan dalam artikel tersendiri.
Artikel BUMN Series:
- BUMN 101: Mitos dan Fakta Seputar BUMN
- BUMN 102: Penciptaan Nilai dan Kontribusi kepada Perekonomian Negara
- BUMN 103: Menuju BUMN Super-Holding, Harapan dan Kenyataan