Ku jadi kepikiran buat bikin note. Bangun pagi tadi ku nonton liputan d salah satu tv swasta soal Lomba Karikatur Nabi Muhammad SAW bertajuk Everybody Draw Mohammed Day yang ternyata dipromosin lewat situs jejaring sosial berjuta umat Facebook. “May 20th 2010 is draw Mohammed day! Help spread knowledge about this important day – invite your friends!” demikian informasi yang tertulis di laman group tersebut.
Jelas, ku pribadi menolak hal tersebut ada. Selama ku mengenal Islam [belum kenal banget c], belum pernah ada riwayat yang mengatakan boleh kiranya kita menggambarkan sosok beliau. Sosok suci yang dinobatkan sebagai manusia paling berpengaruh di muka bumi. Alasan yang dipaparkan bagiku cukup rasional dan memang bener kalo sebaiknya jangan diperbolehkan yakni menghindari pengkultusan. Membuat semua doa dan niatan ibadah kita bukan lagi kepada yang utama Sang Maha Pencipta dan Pemilik hidup kehidupan [Allah SWT].
Pengkultusan, hal yang selama ini buat ku cukup prihatin terjadi di negeri ini. Bagaimana tidak, saat semua orang bergemuruh menolak penggambaran Rosul, tapi di negeri sendiri tanpa di sadari kerap terjadi. Bukan mengkultuskan sosok Rosul yang ku maksud, tapi pengkultusan terhadap sosok alim ulama, kyai, habib, atau tokoh agama lainnya. Semua menolak pengkultusan Rosul tapi seperti tak berdaya terhadap budaya pengkultusan sosok tokoh agama.
Mengapa ku bilang begini. Kita cek bersama, banyak sekali kesalahan pemahaman orang kita yang begitu bersemangat berbondong-bondong datang silaturahmi ke tempat alim ulama, pesantren bahkan pemakaman-pemakaman beliau-beliau untuk tujuan minta doa restu, ngalap rizki, berharap kaya raya, atau apapun itulah. Budaya silaturahminya bagus, tapi mengharapkan berkah dari beliau-beliau itulah yang menurut ku sepertinya kok ga pas yah.
Bahkan dalam konteks yang lebih luas, saat di masyarakat. Ada fanatisme berlebihan dari mereka yang mengaku begitu mengagumi sosok sang alim ulama. Berani menaruh nyawanya di ujung senjata lawan saat pemikiran atau pemahaman sang alim ulama ditentang oleh yang lain [diluar golongan]. Lantas melakukan tindakan-tindakan anarkis. Padahal yang mereka "lawan" bisa jadi muslim juga.
Makanya, pernah ku tuliskan dalam sebuah forum muslim di Friendster beberapa tahun silam. Islam sepertinya di negeri ini sudah tak ada. Sudah tergantikan oleh agama NU, Muhammadiyah, dll [maap bukan mendeskriditkan, tp yang ke inget cuma dua ormas besar itu], sekarang mungkin nambah agama FPI. he he he
Memang bener sih, dalam Al Qur'an disebutkan bahwa umat manusia akan terbagi dalam beberapa golongan dan hanya beberapa yang dijanjikan masuk surga. Lantas kita di harapkan masuk dalam salah satunya. Tapi apakah dibenarkan kita merasa [paling] benar dari golongan lainnya? Menyulut kebencian di antara sesama, menggalang anarki, dan menumpuk citra sensasi yang buruk di mata lainnya?
Sejauh ku mengenal Islam [belum jauh bener ternyata.. he he] dalam kisah-kisah perjuangan Rosul Muhammad [kalo beliau loh yah yg jadi patokan] belum pernah ku temukan sikap anarki, menebar benci bahkan saat beliau melakukan perang. Jangankan kepada sesama muslim, yang non-muslim saja beliau begitu menghargai dan menghormati. Lalu kenapa kita tak mencontohnya? kan kita muslim juga [taat atau tidak taat sih urusan ma Allah ajah, ku ga paham dan ga bisa nilai c.. he he]
Menegakan yang baik bukan berarti merampas hak orang lain. Ada cara yang lebih baik tentunya. Seperti apa? Pada saatnya pasti bakal menemukan lewat proses-proses yang kita lewati. Dan lagi-lagi ku selalu bilang, lama atau sebentar kan hanya persoalan waktu dan kesabaran saja.
Maaf sebelumnya kalo ada yang tersinggung. tak terima atau apapun lah. meskipun pemahaman ku terbatas bukan berarti tak boleh berbagi pemikiran kan [bukan lagi sok ngerti nih..]. justru kalo dipikirin sendiri ga di obrolin, bisa busuk sendiri di dalam otak dan hati.
ditulis juga disini http://www.facebook.com/notes/yudho-handoko/nulis-soal-islam-moga-ga-jadi-isu-sara-he-he/420516810114