Mohon tunggu...
Yudhistira Putra
Yudhistira Putra Mohon Tunggu... -

ya sudahlah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pesta Politik sebatas Euforia Politik

23 Agustus 2014   02:53 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:48 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14087118521186086862

sumber gambar: http://edorusyanto.wordpress.com/2014/01/11/poster-road-safety-kopcau-bergaya-karikatur/

Tahun 2014 ini adalah tahun yang begitu ramai bagi para pencinta bola karena tahun ini diadakan pesta akbar sepak bola yaitu Piala Dunia (World Cup). Tahun ini Piala Dunia diselegarakan di Brazil, seperti biasa begitu akbar. Tidak seperti hari-hari biasanya, penggemar sepak bola hanya kalangan tertentu saja dan tidak pernah seheboh tahun Piala Dunia.

Berkat Piala Dunia para pebisnis dari pebisnis besar sampai pebisnis kecil meraup banyak keuntungan berkat penjualan jerrsey-jerrsey dan pernak-pernik seputar Piala Dunia. Dari kalangan yang suka menonton bola sampai kepada kalangan yang tidak pernah menonton bola, semua ikut terbawa suasana Piala Dunia. Ternyata Piala Dunia tidak mengenal jenis kelamin, umur, dan status. Semua orang mendadak suka bola!

Itulah yang seringkali disebut ‘euforia’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘euforia’ diartikan sebagai perasaan nyaman atau perasaan gembira yang berlebihan. Perasaan gembira yang berlebihan yang sifatnya temporal atau sementara. Biasa terjadi pada acara tertentu dan bila acara itu sudah selesai maka kenangan hanyalah sebatas kenangan. Piala Dunia berakhir, orang-orang kembali kepada realitas sebenarnya, yang suka bola kembali menonton bola dan yang tidak menonton bola kembali menonton yang lainnya. Jerssey-jerssey dikumandangkan lagi setiap 4 tahun sekali. Itulah Euphoria Football!

Ternyata tahun 2014 tidak hanya dimeriahkan oleh acara Piala Dunia. Piala Dunia berbarengan dengan ‘Pesta Politik’ di Indonesia berkaitan dengan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang baru. Saat para orang-orang hebat di Indonesia mencalonkan diri untuk menjadi pemimpin Indonesia di tahun 2014 ini, banyak cerita-cerita menarik. Orang yang sudah tidak peduli politik menjadi kembali melihat politik, orang yang tidak mengerti ada juga yang menjadi belajar politik, tapi ada juga para ‘aktor politik musiman’ turun ke jalan-jalan menyuarakan pilihannya.

Siapa ‘aktor politik musiman’ itu? Orang-orang yang dibayar dengan uang yang tak seberapa dan nasi bungkus. Mereka sangat militan, berani dan begitu kuat membela ‘pilihan’nya. Mereka terdiri dari bukan saja pria-pria dewasa, tetapi ada juga ibu-ibu, remaja-pemuda, bahkan anak-anak ikut juga dalam Pesta Politik. Waw hebat sekali Indonesia dalam sekejap dapat membawa seluruh rakyat untuk berpartisipasi di dalam Pesta Politik ini. Omset percetakkan dan sablon meningkat sampai-sampai ada pekerjaan baru yang disebut dukun politik, politik juga ternyata menjadi ajang bisnis yang menguntungkan.

Pesta telah usai tugas selanjutnya rakyat membersihkan sisa ornamen-ornamen politik. Pesta Politik usai, orang-orang kembali kepada realitas sebenarnya. Kembali berkeringat untuk mencari nafkah, kembali diperas tenaganya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sudah lupa dengan Pesta. Pesta Politik hanya sebatas Euforia Politik.

Seharusnya para politikus dan para elit politik bukan sibuk mengomentari dan mengompor-ngompori 'Pesta', tetapi sudah seharusnya para cendikiawan itu memikirkan bagaimana mengajarkan pendidikan Politik yang baik kepada rakyat. Rakyat janganlah dijadikan pelengkap di dalam Pesta Politik saja. Hasilnya Pesta berakhir, rakyat pun pulang, tak ada yang berbekas kecuali kaos bergambar partai.  Rakyat diajari bagaimana berdemokrasi, bukan diajar rusuh. Rakyat diajari memilih, bukan diajari fanatik. Rakyat diajari berpartisipasi dalam membangun rakyat, bukan menambah PR negara.

Presiden dan Wakil Presiden sudah terpilih. Satu pesan untuk bapak Presiden dan Wakil Presiden,

“bantulah rakyat pak!”

22-08-2014

@yudhistirazed

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun