Mohon tunggu...
Yudhistira Widad Mahasena
Yudhistira Widad Mahasena Mohon Tunggu... Desainer - Designer, future filmmaker, K-poper, Eurofan.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

He/him FDKV Widyatama '18

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Suka-Duka Menempuh Pendidikan Formal di Sekolah Swasta (Spesial Hari Pendidikan Nasional)

2 Mei 2023   17:43 Diperbarui: 2 Mei 2023   17:46 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bismillahirrahmanirrahim.

Setiap tanggal 2 Mei selalu diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Di hari ini, kita memperingati hari lahir Raden Mas Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hajar Dewantara. Beliau dikenal sebagai "Bapak Pendidikan Nasional" sekaligus pendiri Perguruan Taman Siswa, yaitu suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Pendidikan itu penting untuk kita sebagai manusia hidup di muka bumi ini. Dengan adanya pendidikan, kita dapat menanggulangi kebodohan dan kemiskinan yang terjadi di negara kita, yaitu Indonesia.

Untuk merayakan Hari Pendidikan Nasional tahun ini, saya ingin sedikit sharing.

Tentunya pendidikan formal kita dimulai dari sekolah. Ada yang bersekolah di sekolah swasta, ada pula yang bersekolah di sekolah negeri. Sekolah negeri adalah sekolah yang didirikan oleh pemerintah, sedangkan sekolah swasta adalah sekolah yang didirikan oleh perorangan atau sebuah yayasan.

Nah, saya dari embrio, zigot, TK, SD, SMP, sampai SMA selalu bersekolah di sekolah swasta. Bahkan ketika kuliah, saya berkuliah di perguruan tinggi swasta.

2004-2006: TK Pandiga Mutiara Cimahi
2006-2012: SD Hikmah Teladan Cimahi
2012-2015: SMP Hikmah Teladan Bandung
2015-2018: SMA Alfa Centauri Bandung
2018-2022: Universitas Widyatama Bandung

Padahal jika dipikir-pikir, jika masuk sekolah swasta itu lebih mahal kan ya. Ternyata biaya masuk sekolah swasta lebih mahal karena sekolahnya membiayai seluruh operasionalnya dari uang yang dibayarkan siswa kepada pihak sekolah. Jadi, maju atau tidaknya sekolah tentu bergantung dari sumbangan dana para wali murid.

Selain itu, keuntungan lain masuk sekolah swasta adalah muridnya sedikit, jadi si guru bisa lebih hafal dengan wajah-wajah muridnya dan lebih akrab. Ini yang terjadi pada saya. Selama sekolah, murid di kelas saya hanya ada sekitar 25 orang, jadi guru-guru saya lebih mudah mengenali murid-muridnya.

Bandingkan jika di sekolah negeri. Di sekolah negeri, satu kelas bisa 40 orang murid, dan satu kelas biasanya berisik sekali, jadi ilmu yang didapat dikhawatirkan tidak menyerap ke otak. Di sekolah swasta, karena muridnya sedikit, ilmu yang didapat dan diberikan guru lebih menyerap ke otak karena anak-anaknya tidak lebih berisik.

Ketika saya bersekolah SD dan SMP, sekolahnya milik yayasan yang sama, yaitu Yayasan Darul Hikmah. Bahkan ketua yayasannya mengenal saya selama lebih dari 9 tahun karena itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun