Mohon tunggu...
Yudhistira Widad Mahasena
Yudhistira Widad Mahasena Mohon Tunggu... Desainer - Designer, future filmmaker, K-poper, Eurofan.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

He/him FDKV Widyatama '18

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

2023 Ekonomi Diramal Gelap, Siapkah Kita?

27 Oktober 2022   11:54 Diperbarui: 27 Oktober 2022   11:59 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillahirrahmanirrahim.

Akhir-akhir ini ramai dibicarakan di media massa bahwa perekonomian dunia di tahun 2023 nanti diprediksi atau diramal gelap. Dan prediksi ini tidak sembarang omongan.

Melansir CNBC Indonesia, IMF (International Monetary Fund; Dana Moneter Internasional) mencatat sepertiga ekonomi dunia telah mengalami resesi atau pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut. Menurut perkiraan mereka, ekonomi dunia diproyeksi hanya tumbuh 2,7% dari sebelumnya, yaitu 2,9%.

Resesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dsb. (seolah-olah terhenti); menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri). Sedangkan secara umum, resesi adalah istilah ekonomi yang menggambarkan perekonomian suatu negara yang diakibatkan berbagai faktor.

Lantas mengapa 2023 diramal sebagai tahunnya resesi global? Ada banyak faktor, namun hari ini kita akan membahas dua di antaranya saja:

1. Pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir
Sejak pasien Covid-19 pertama terdeteksi pada 31 Desember 2019, banyak upaya telah dilakukan untuk mengekang virus menular ini. Termasuk salah satunya, karantina mandiri di rumah. 

Orang tidak ke mana-mana, mereka hanya mengurung diri di rumah. Karena tidak ada kegiatan ekonomi di kantor, keuangan jadi anjlok. Pertumbuhan ekonomi di dunia terus mengalami penurunan mulai dari triwulan kedua 2020. 

Belum lagi fenomena panic buying yang marak, yaitu orang memberi makanan dalam jumlah yang banyak di swalayan untuk menjaga tidak kelaparan selama karantina karena mereka tidak ke mana-mana.

Covid-19 sampai sekarang belum juga berakhir, namun berbagai cara telah dilakukan untuk memastikan perekonomian dunia tetap berjalan. Salah satunya, dengan vaksinasi. 

Dengan dua kali suntikan vaksin, orang memiliki sistem imun yang kuat yang dapat menangkal risiko tertinggi terpapar Covid-19, yaitu bergejala berat dan meninggal dunia.

Alhamdulillah, saat ini beberapa negara bertransisi ke fase endemi dari pandemi, namun ada faktor lain yang mendorong kegelapan ekonomi tahun depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun