Mohon tunggu...
Yudhistira Widad Mahasena
Yudhistira Widad Mahasena Mohon Tunggu... Desainer - Designer, future filmmaker, K-poper, Eurofan.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

He/him FDKV Widyatama '18

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Stereotipe Setiap Suku di Indonesia yang Capek Didengar

6 Juli 2022   14:57 Diperbarui: 6 Juli 2022   15:12 4061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillahirrahmanirrahim.

Hari ini saya memutuskan untuk menulis tentang sesuatu yang berbeda.

Kita tahu bahwa negara kita tercinta, Indonesia terdiri dari sekitar 1.340 suku, termasuk suku keturunan. Seperti kata Project Pop dalam lagu mereka, "Dangdut is the music of my country", ada orang Jawa, ada orang Batak, ada orang Ambon, ada juga orang Padang. Ada orang Manado, ada orang Madura, ada orang Papua, nggak disebut jangan marah.

Tetapi tidak semua suku sama. Setiap suku memiliki keunikan mereka tersendiri. Namun, ada beberapa stereotipe setiap suku di Indonesia yang melekat dalam diri mereka. Beberapa di antara mereka capek didengar oleh suku tersebut. Ini dia beberapa di antaranya:

1. Suku Batak galak
Suku Batak dikenal dengan nada bicara mereka yang tinggi, tak jarang terdengar seperti orang sedang marah-marah walaupun tidak demikian. Padahal, tidak semua orang Batak galak. Ada orang Batak yang lemah lembut saat bertutur. Mereka dikenal memiliki kemampuan verbal yang baik, berbicara terus terang dan apa adanya.

Suku Batak juga dikenal memiliki suara nyanyian yang bagus. Itu karena sebagian orang Batak beragama Kristen, dan mereka biasanya melatih kemampuan vokal mereka dengan menjadi bagian dari paduan suara gereja. Tak heran jika banyak penyanyi berdarah Batak yang menjadi pop star terkenal, seperti Judika, Joy Tobing, Diana Nasution, Aldy Maldini, Bastian Steel, Lyodra, Mark Natama, dan Roby Gultom. Mereka memiliki suara yang merdu.

2. Suku Minang pelit
Suku Minang, atau yang kita kenal sebagai orang Padang, sering diidentikkan dengan pandai berdagang, cermat dalam mengelola keuangan, dan pelit. Padahal tidak semua orang Padang pelit. Mereka begitu karena berprinsip harus sukses di tanah rantau, menjadi bos untuk diri sendiri, lebih suka memberi "umpan" daripada "ikan", tidak masalah jika terlihat "miskin", dan tahu kapan harus menikmati hidup dan kapan harus menabung.

Fun fact, saya memiliki teman orang Padang saat SMA. Dia lulus dari Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung dan saat ini punya usaha makanan pencuci mulut. Uang hasil menjual makanan pencuci mulut secara daring dia sedekahkan ke orang yang membutuhkan. Dia tidak pelit seperti stereotipe orang Padang.

Tuan Krabs di kartun "SpongeBob SquarePants" jelas kepiting saus padang. Karena dia pelit.

3. Suku Palembang hanya makan pempek
Kota Palembang di Sumatera Selatan terkenal dengan pempeknya. Dari pempek telur, adaan, keriting, kulit, sampai kapal selam pun mereka makan. Padahal, keajaiban kuliner Palembang lebih dari hanya sekedar pempek. Ada tekwan, mie celor, pindang patin, dan yang paling underrated adalah burgo. Wajib coba.

4. Suku Makassar kasar
Stereotipe ini sepertinya sudah sering didengar teman-teman kita yang tinggal di Makassar, Sulawesi Selatan. Mereka mudah terpancing emosi dan jika sudah benar-benar bisa sampai menggebrak meja dan berbicara dengan suara keras. Padahal tidak demikian, kok. Banyak, kok, orang Makassar yang penyabar.

Fun fact, ketika saya masih SMP, saya memiliki guru PAI yang berasal dari Makassar. Jika sudah marah pasti berbicara dengan suara keras. Mungkin bukan marah. Menegur. Beliau ingin anak-anaknya lebih baik lagi saat kelas PAI, terutama saat belajar mengaji.

Mantan saya juga berdarah Makassar, dan dia terkenal penyabar dan menerima orang apa adanya. Tidak ada kata kasar yang pernah keluar dari mulutnya.

5. Suku Ambon pandai menyanyi
Setali tiga uang dengan orang Batak, sebagian orang Ambon beragama Kristen dan melatih kemampuan vokal mereka dengan menjadi anggota paduan suara gereja. Tak heran banyak penyanyi orang Ambon yang memiliki vokal kelas internasional, seperti Broery Marantika, Bob Tutupoly, Glenn Fredly, Moluccas, Ruth Sahanaya, Andre Hehanusa, Monita Tahalea, Wilson Maiseka, Igo Pentury, dll.

Kata kunci: sebagian. Tidak semua orang Ambon pandai menyanyi. Sama halnya dengan jika Bandung adalah episentrum budaya Sunda, tidak semua orang Bandung bisa bahasa Sunda karena ada warga Bandung yang memang bukan dari suku Sunda. Saya juga sudah 20 tahun tinggal di Bandung tetapi tidak terlalu pandai berbahasa Sunda.

Dan itulah beberapa stereotipe suku di Indonesia yang capek didengar. Mungkin ada stereotipe lain yang harus saya tambahkan seperti suku Jawa sopan, suku Sunda tidak bisa mengucapkan huruf F, suku Bali pemalas, dan suku Papua hidup di pedalaman. Jika Anda punya sugesti lain tentang stereotipe suku di Indonesia yang capek didengar, silahkan jangan ragu menambahkannya di bagian komentar.

Terima kasih.

Tabik,
Yudhistira Mahasena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun