Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Spesial Natal: Natal Tanpa Mama

25 Desember 2024   13:53 Diperbarui: 25 Desember 2024   13:53 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bismillahirrahmanirrahim.

Pada pagi tanggal 25 Desember 2024. Paula, ayahnya, dan kakak perempuannya sedang membersihkan rumah karena mereka akan segera menyambut Natal. Setelah membereskan rumah, ayah Paula menghidangkan makanan favorit mereka, yaitu spageti dan daging kalkun. Rasanya lezat. Namun, Paula tidak berselera makan.

"Pau, gak dimakan?" tanya ayah Paula.

Paula diam saja. Rasanya baru kali ini Paula tidak menyentuh makannya. Padahal dia sangat gemar makan, namun tubuhnya tidak gemuk-gemuk. Dia rajin olahraga.

Paula teringat pada mamanya. Mama yang dulu pernah dia miliki. Spageti dan daging kalkun adalah masakan yang dimasak oleh mama Paula di Natal tahun lalu. Pada 25 Desember 2023, mama Paula meninggal dunia ketika hendak berangkat ke gereja untuk menjadi pengkhotbah setelah sarapan. Beliau terkena serangan jantung dan terjatuh. Tindakan darurat sudah dilakukan untuk menolong mama Paula, namun nyawanya tak tertolong.

Semasa hidupnya, mama Paula adalah seorang pendeta di Kota Bekasi, Jawa Barat. Dari beliau, Paula dan kakak perempuannya belajar menjalani kehidupan yang lebih agamis, menanamkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan mereka. Dengan sabar beliau mengajari mereka ilmu agama hingga pandai.

Paula berjalan gontai ke kamarnya dan menangis. Diambilnya fotonya saat bersama sang mama. Matanya memerah, seakan tak mau berhenti menangis. Ayahnya pun menghampiri.

"Pau, ayah tahu apa yang kamu rasakan. Hidangan Natal tahun ini mengingatkan kamu pada mendiang mama," kata ayah Paula.

"Paula kangen sama mama," isak Paula.

"Rindu itu wajar. Artinya, kita masih ingat pada orang tersayang yang telah pergi mendahului kita," kata ayah Paula. "Tetapi, orang yang kita sayangi, tidak akan suka melihat kita sedih. Setelah dewasa nanti, jadilah anak berguna. Bahagiakan ayah dan mama," lanjut beliau.

Paula menghampiri ayahnya sambil tersenyum, namun berlinang air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun