Bismillahirrahmanirrahim.
Beberapa hari lalu, Nemo membawa Swiss menuju gelar juara Eurovision Song Contest 2024 yang diadakan di Malmo, Swedia dengan lagunya, "The code". Nemo maju sebagai artis non-biner pertama yang memenangkan Eurovision. Non-biner artinya Nemo tidak mengidentifikasi diri secara eksklusif sebagai lelaki atau perempuan, walaupun secara ilmiah Nemo terlahir sebagai lelaki.
Eurovision Song Contest tahun ini di-overshadow oleh satu isu, yaitu partisipasi Israel di kontes meskipun negara ini sedang menjadi bulan-bulanan karena keberlanjutan konfliknya dengan Palestina. Nemo termasuk salah satu kontestan Eurovision 2024 yang sangat pro-Palestina, bahkan ketika dia berpidato kemenangan dia terang-terangan mengatakan, "Aku harap kontes ini dapat menepati janjinya dan terus memperjuangkan perdamaian dan martabat setiap orang di dunia ini." Dia mengucapkan kalimat tersebut dalam pidatonya dengan penuh air mata.
Lantas apakah dampaknya terhadap Eurovision Song Contest dan industri musik dunia?
Tentunya kemenangan Nemo diharapkan meningkatkan kesadaran terhadap kaum LGBT di Eropa. Sebelumnya tidak, saya tidak bermaksud mempromosikan LGBT dalam postingan ini, dan saya besar di sebuah negara yang menentang berat LGBT. Bahkan sebagai Muslim, saya mengetahui bahwa LGBT dilarang dalam Islam, termasuk kaum non-biner. Tetapi akan kita bahas karena ini adalah topik yang sangat penting.
Jika kita lihat di artikel Wikipedia mengenai daftar kontestan LGBT di Eurovision Song Contest yang mengidentifikasi diri sebagai non-biner, ada 7 orang:
- Jamie-Lee (Jerman 2016)
- Rykka (Swiss 2016)
- Montaigne (Australia 2020/2021)
- Roxen (Rumania 2020/2021)
- Olly Alexander (Inggris 2024)
- Bambie Thug (Irlandia 2024)
- Nemo (Swiss 2024)
Saya tidak membenci Nemo karena gendernya, tetapi menurut saya pribadi, karena identitas gendernya, akan susah bagi dia untuk konser di negara mayoritas Muslim seperti Indonesia atau Malaysia. Semisal dia ingin tampil di We the Fest 2024 di Jakarta atau acara musik internasional lainnya di Indonesia, dia tetap akan dikira lelaki meskipun dia kerap memakai gaun atau busana feminin. Kodratnya dalam Islam, seorang wanita yang berperilaku sebagai pria tetap akan dianggap sebagai wanita, pun halnya dengan pria yang berperilaku sebagai wanita. Belum lagi ormas Islam yang kontra LGBT, jika Nemo hadir di We the Fest, dia pasti akan dikecam.
Membicarakan konsep non-biner masih dipandang sebagai tabu di Indonesia karena bertentangan dengan ilmu dan norma agama. Sebagaimana dikatakan dalam Alquran surat al-Hujurat ayat 13:
"Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakanmu dari seorang lelaki atau perempuan. Kemudian, Kami menjadikanmu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti."
Allah menciptakan manusia dari dua jenis kelamin, yaitu lelaki (Nabi Adam a.s.) dan perempuan (Siti Hawa). Lagi-lagi, konsep non-biner jika dibicarakan masih dipandang sebagai tabu di Indonesia, karena dianggap menyalahi dan melawan kodrat dalam Islam. Dua tahun lalu saya ingat betul, ada seorang mahasiswa Universitas Hasanuddin Makassar yang mengaku sebagai non-biner atau istilah kerennya gender netral, sehingga diusir oleh dosen kampus tersebut saat Ospek.
Beberapa selebritas dunia sukses lainnya yang mengidentifikasi diri sebagai non-biner:
- Sam Smith
- Demi Lovato
- Janelle Monae
- Jonathan van Ness
- Hugh Sheridan
- Utada Hikaru
- Lachlan Watson
- Sara Ramirez
- Emma D'Arcy
- Emma Corrin
- Bella Ramsey
- Nico Tortorella
- Ruby Rose