KOMPASIANA.COM -Â Kisruh di tubuh Partai Indonesia Perjuangan (PDIP) Kabupaten Brebes kian memanas. Kisruh ditubuh partai berlambang beringin tersebutberawal dari munculnya mosi tidak percaya yang dialamatkan ke ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Brebes Indra Kusuma.
Mosi tidak percaya yang dimotori oleh Imam Santoso tersebut karena menganggap ketua DPD karena Indra seolah ngotot mencalonkan menantunya Asep sebagai bakal calon wakil bupati Brebes, padahal Asep bukan orang PDIP.
Dengan majunya Asep mendampingi Idza Priyanti yang sekarang menjabat sebagai Bupati Brebes dianggap sulit dalam berkampanya karena Asep belum begitu dikenal oleh masyarakat sehingga Narjo yang sekarang masih menjadi wakil bupati masih layak mendampingi Idza di pilkada 2017 mendatang.
Namun menurut Suwito yang merupakan sekretaris PAC Tonjong, mosi tidak percaya tersebut dinilai ilegal. Ia menilai selama kepemimpinan Indra Kusuma tidak terjadi masalah dan selama kepemimpinanya selaku menang dalam pemilu, walaupun terjadi penurunan itu hanya dinamika politik saja.
Sementara wakil ketua bidang organisasi DPD PDP Brebes Nasikhun walaupun terjadi mosi tidak percaya PDDIP Brebes masih solid.
Gaung bersambut. Baik Baliho maupun banner di pasang dimana-mana bergambar Narjo maupun Asep. Dijalan nasional Brebes selatan juga terlihat baliho maupun banner bergambar Narjo dan Asep secara terpisah.
Namun rupanya pemasangan tanda gambar Asep tidak disukai terbukti dengan dirusaknya gambar Asep. Namun anehnya, tanda gambar narjo tidak ikut rusak. Bahkan, tada gambar Idza yang berdampingan dengan Asep hanya gambar Asep saja yang terlihat rusah, sedangkan Idza masih utuh.
Dukung mendukung bakal calon wakil bupati merupakan hak politik setiap warga masyarakat, namun hendaknya itu semua disikapi dengan cara-cara yang bijak dan demokratis.
Perusakan tanda gambar atau apapun bentuknya merupakan sikap yang kurang terpuji dan mencederai demokrasi. Perbedaan pendapat hendaknya ditempuh dengan cara-cara yang elegan serta berpegang teguh pada prinsip demokrasi sesuai dengan mana partainya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Menjelang pilkada, hendaknya seluruh kader partai harus merapatkan barisan untuk memenangkan pilkada, bukan membuang energi untuk hal-hal yang kurang semestinya.
Perbedaan dukungan bakal calon bupati mungkin saja bisa merugikan dan menguntungkan PDIP. Kerugianya adalah energi personal partai akan terkuras hanya untuk mendukung salah satu bakal calon. Padahal, energi penuh diperlukan menjelang pilkada berlangsung. Keuntunganya adalah elektabilitas maupun nilai tawar Idza Prinyanti semakin meningkat. Pasalnya, selain menjadi bakal calon petahana, Idza diperebutkan oleh dua kubu. Secara logika, seseorang jika diperebutkan mempunyai sesuatu yang lebih dibanding dengan yang lainya.(*)