Sehubungan dengan World No Tobacco Day atau hari tanpa tembakau sedunia, berdasarkan hasil survey Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tentang Global Adult Tobacco Survey (GATS)Indonesia September 2012, bila dibandingkan dengan negara-negara lain yang melaksanakan GATS, Indonesia menduduki posisi pertama dengan prevalensi perokok aktif tertinggi, yaitu 67,0 % pada laki-laki dan 2,7 % pada wanita (bandingkan dengan India, 2009): laki-laki 47.9% dan wanita 20.3 %; Philippines (2009): laki-laki 47,7 % dan wanita 9,0%; Thailand (2009): laki-laki 45,6% dan wanita 3,1%; Vietnam (2010): 47,4% laki-laki dan 1,4% wanita; Polandia (2009): 33,5% laki-laki dan 21.0% wanita.
86.0% orang dewasa percaya bahwa merokok dapat menyebabkan penyakit serius, namun 67,4% laki-laki dan 4,5% wanita atau rata-rata 36,1% orang dewasa di Indonesia mengkonsumsi tembakau dengan merokok atau mengkonsumsi tembakau tanpa asap. GATS juga menemukan bahwa 60,9% pria, 2,7% wanita dan rata-rata 31,5% atau 54,3 juta orang dewasa saat ini merokok kretek. Survai juga menemukan bahwa 1,5% pria, 2,3% wanita dan 1,7% atau 2,9 juta orang dewasa saat ini mengkonsumsi tembakau tanpa asap. Sekitar 50% perokok saat ini berencana atau sedang memikirkan untuk berhenti merokok.
Kerugian akibat rokok melebihi pendapatan cukai. Tahun 2005, cukai sebesar sebesar Rp 32,6 triliyun dari rokok tetapi biaya pengobatan penyakit akibat rokok mencapai Rp 167 triliyun atau lima kali lipat cukai rokok. Konsumsi rokok pada 2008 mencapai 240 miliar batang per hari atau 658 juta batang per hari (tempo interaktif, 2009). Ini berarti 330 miliar dibakar oleh perokok Indonesia dalam sehari.
Kebanyakan dari perokok belum menyadari bahwa mereka sedang diperalat dan ini terus dilakukan oleh produsen rokok agar para perokok tetap menganggap kebiasaan merokok sebagai suatu perilaku yang biasa dan umum dilakukan. Padahal sudah jelas bahwa perilaku merokok merupakan tindakan yang tidak rasional dan membahayakan kesehatan.
Kita tahu bahwa di negara kita ini orang tidak mampu “dilarang sakit” karena mahalnya biaya berobat, jadi marilah kita berpikir lebih bijak untuk diri kita sendiri, keluarga maupun orang lain..
STOP SMOKING RIGHT NOW!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H