Presidensi Group of 20 (G20) adalah forum kerja sama multirateral internasional yang fokus pada koordinasi kebijakan di bidang ekonomi dan pembangunan. G20 merepresentasikan kekuatan ekonomi dan politik dunia, dengan komposisi anggotanya mencakup 80% PDB dunia, 75% ekspor/perdagangan global, dan lebih dari 60% populasi bumi. Untuk pertama kalinya, Indonesia memegang Presidensi G20 berlangsung selama periode satu tahun, mulai 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022.
Kondisi dunia setelah adanya pandemi Covid-19 memberikan dampak pada kehidupan dan kebiasaan. Banyak terjadi perubahan pada dunia, ekonomi, politik, lingkungan bisnis, teknologi, kompetisi, dan konsumen yang juga turut berubah akibat terjadinya pandemi ini. Dinamika perubahan ini melahirkan kondisi dunia yang rapuh, tidak pasti, rumit dan kacau atau dapat disebut sebagai volatile, uncertainty, complexity, dan ambiguity (VUCA). Kondisi VUCA mendorong setiap negara agar dapat bekerja sama dan beradaptasi dalam setiap perubahan yang ada, melalui G20 yang merupakan upaya bersama dan inklusif, dalam mencari jalan keluar atau solusi pemulihan dunia sehingga menciptakan pertumbuhan ekonomi global yang kuat dan berkesinambungan. Sebagai Presidensi G20 Indonesia mengusung semangat pulih bersama dengan tema “Recover Together, Recover Stronger".
Dalam rapat 2nd Health Ministers Meeting (HMM) G20 yang diselenggarakan di Bali, 27 Oktober 2022, saat membuka rapat Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan terkait filosofi “Tri Hita Karana” dimana disampaikan “Orang Bali, percaya pada “Tri Hita Karana” yang dalam terjemahan harfiah berarti “tiga” penyebab kemakmuran, yakni harmoni dengan Tuhan, harmoni dengan lingkungan, dan harmoni antar manusia”. Filosofi “Tri Hita Karana” menjadi prinsip dalam upaya pulih dari pandemi COVID-19. Dimana di setiap pertemuannya terdapat hasil yang nyata untuk bangkit dari pandemi dan siap menghadapi pandemi berikutnya.
Dengan dijadikannya “Tri Hita Karana” yang merupakan filosofi harmoni masyarakat bali sebagai salah satu prinsip dalam kegiatan G20, hal ini akan berdampak baik dan juga akan ngenalkan filosifi “Tri Hita Karana” di seluruh negara. Harmonisasi ini akan membimbing setiap negara untuk mengutamakan kerja sama dan kasih sayang antara satu sama lain, untuk bertahan hidup bersama dan makmur, terlepas dari keadaan hidup yang sulit. Sebagaimana disampaikan oleh Menteri Kesehatan RI “Dengan semangat Tri Hita Karana, saya berharap kita sebagai pemimpin negara-negara G20, dapat terus bersatu dan berjuang untuk kesehatan dan kemakmuran kita bersama”.
Dalam mengimplementasikan “Tri Hita Karana” dalam upaya mencari jalan keluar atau solusi pemulihan dunia yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi global yang kuat dan berkesinambungan harus memperhatikan setiap unsurnya. 3 unsur tersebut yaitu parahyangan, pawongan, dan palemahan.
Parahyangan adalah hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap negara dunia memiliki penduduk sebagai umat beragama atas dasar theology yang diyakininya dan pastinya terdapat keanekaragaman, khususnya Umat Hindu yang pertama harus dilakukan adalah bagaimana berusaha untuk berhubungan dengan Sang Pencipta melalui kerja keras sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Dengan unsur ini kita berharap solusi yang disepakati untuk pemulihan dunia tepat sesuai dengan kebutuhan karena sudah dilakukan dengan sungguh-sungguh dan kerja kerar dari berbagai pimpinan atau perwakilan negara.
Pawongan adalah hubungan harmonis antara sesama umat manusia. Dalam hal ini ditekankan agar antar pimpinan atau perwakilan negara selalu mengadakan komunikasi dan hubungan yang harmonis melalui kegiatan Sima Krama Dharma Santhi / silahturahmi. Kegiatan ini sangat penting dan strategis mengingat untuk memperoleh solusi terbaik untuk kebangkitan bersama kita harus selalu hidup berdampingan dan tidak bisa hidup sendirian. Oleh karena itu tali persahabatan dan persaudaraan antar negara harus tetap terjalin dengan baik.
Palemahan adalah hubungan harmonis antara umat manusia dengan alam lingkungannya. Unsur ini menekankan agar setiap negara dalam mengambil kebijakan tetap menjaga kelestarian lingkungan alam sekitar, sehingga terwujud keharmonisan alam dan tetap terjaganya keseimbangan ekosistem untuk pemulihan negara setelah pandemi Covid-19.
Setiap unsur ini harus diaplikasikan secara utuh dan terpadu. Unsur Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan memiliki porsi yang sama dan selalu seimbang dalam pemikiran, seimbang dalam setiap ucapan dan seimbang pula dalam setiap tindakan. Adaptasi harmonisasi ini akan membawa setiap negara bekerja sama untuk menemukan solusi yang tepat dengan meminimalisir kemungkinan dampak buruk yang akan mungkin terjadi dalam menghadapi tantangan perubahan kedepannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H