Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Sidang Perdana: Wajah Baru, Kelakuan Primitif

2 Oktober 2014   13:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:41 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perilaku bersidang adalah wujud dari cerminan karakter individu, dan hal itu menjadi pencermatan kita pada sidang perdana DPR pasca pelantikan hari ini, namun sayangnya ekspresi yang terlihat pada layar kaca justru menuai banyak kecaman terkait dengan proses dan tata etika bersidang yang buruk.

Mekanisme rapat dalam pencapaian suatu tujuan bersama adalah format yang dipergunakan untuk mengurai begitu banyak pendapat hingga terbentuk konsensus kesepakatan, sayangnya public harus kembali tersenyum pahit melihat para selebritis politik dari dipanggung politik nasional kali ini, tetapi mewarisi perilaku bak zaman purbakala.

Keberhasilan dari sebuah persidangan adalah mendapatkan keputusan yang merepresentasi kepentingan khalayak diatas ego golongan dan individu. Padahal mereka yang terpilih adalah para anggota dewan yang terhormat, dari 6.607 calon yang bertarung hanya 560 anggota terpilih dan dilantik kemarin.

Tidak hanya itu, incumbent anggota dewan adalah 43,4% atau sebanyak 243 orang, membuktikan bahwa sisa kursi merupakan muka baru dari tokoh terpilih perpolitikan domestic. Tetapi proporsi yang dominan tersebut, tidak dapat menjadi sebuah jaminan bila spirit yang baru, dapat membawa nuansa baru yang sinergis dalam kepentingan publik.

Biaya pelantikan sekalipun dipersiapkan dengan sangat baik, dengan alokasi budget dianggarkan Rp16 miliar mulai dari akomodasi hingga souvenir. Setelah itu? Semuanya kembali status quo, persepsi dari imej politikus yang sulit untuk dipercaya kembali mengemuka, setelah proses rapat berlangsung tanpa substansi yang esensial bagi kepentingan rakyat.

Perebutan komposisi Paket Ketua DPR hanya berada dalam posisi untuk menguatkan struktur di Legislatif, menjadi medan baru dari rivalitas politik pasca PilPres, karena signifikansi posisi DPR adalah menjadi imbangan dari kekuasaan eksekutif yang mewujud pada pemerintahan dibawah Presiden.

Bila hal ini tidak segera terselesaikan, maka satu yang dapat dipastikan, amanat pembukaan UUD 1945 atas kehendak untuk menciptakan kesejahteraan rakyat sesuai ruh kemerdekaan adalah sebuah hal yang sulit dimanifestasikan. Bila hari kesaktian Pancasila tidak mampu memberikan pencerahan pada ruang sidang wakil rakyat kali ini, entah rakyat yang mana yang mereka wakili.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun