Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pemimpin Baik dan Jebakan Keputusan Buruk

8 Februari 2015   23:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:35 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seluruh kemampuan terpenting dari tata kelola manajerial akan berujung pada upaya pengambilan keputusan terbaik, dan hal tersebut jelas bukan merupakan sesuatu yang mudah, bahkan akan terasa sarat dengan beban. Namun besaran beban serta tanggung jawab pula yang menjadi pembeda antara karakter seorang pemimpin, dari organisasi maupun kelompok yang dipimpinnya.

Tidak jarang kita berhadapan dengan situasi dimana seorang pemimpin yang baik, khususnya dalam personalitas yang dimiliki, namun tidak mampu memiliki performa dalam kualitas terbaik pada hasil pengambilan keputusan. Meski bisa saja keputusan buruk berbuah manis dan berakhir dengan baik melalui berbagai revisi teknis dan operasional, namun probabilitas atas resiko tentu akan terbuka secara lebar.

Pengambilan keputusan adalah mata rantai diujung dari suatu permasalahan yang timbul, dan dalam upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut, kita akan selalu behadapan dengan berbagai problematika. Dimana dalam setiap permasalahan yang timbul, akan terdapat ketidakpastian karena pada semua pengambilan keputusan secara inheren didalamnya terdapat resiko yang harus diambil.

Jebakan Psikologis

Kerapkali pemimpin mengambil keputusan dengan pola yang salah, karena berbagai factor. Namun yang secara umum muncul sebagai kendala dalam pengambilan keputusan, adalah terdapatnya informasi yang bias dan interpretasi atas kepentingan pribadi atau kelompok.

Saat nilai dari informasi dan data yang dikumpulkan tidak relevan serta tidak valid, maka dapat dipastikan format penyelesaian dalam pengambilan keputusan menjadi tidak tepat. Disamping itu terdapat beberapa jebakan yang berpotensi menjauhkan tingkat presisi pengambilan keputusan, yakni faktor emosional psikologis.

Pada sebagian kalangan, seringkali disebutkan bahwa sebaiknya ketika emosi sedang berfluktuasi dalam ambang batas yang abnormal maka sebaiknya jangan pernah mengambil keputusan strategis terlebih dahulu. Dalam hal ini, skema buying time dapat diperguanakan untuk mengulur waktu hingga sampai pada masa yang tepat, maka finalisasi akhir dapat dilakukan, meski tidak pada semua kondisi hal tersebut dapat dipergunakan.

Secara prinsip, maka pemimpin memang ditempatkan untuk memiliki keistimewaan karena kompetensi yang dimilikinya. Hal itu diperoleh, sebagai kombinasi dari keilmuan dan pengetahuan ditambah dengan keahlian yang dibutuhkan, dan tidak lupa disertai dengan kepribadian kepemimpinan yang tebaik.

Meski pada akhirnya akan dibentuk tim pendukung sebagai supporting bagi seorang pemimpin, namun putusan akhir memang akan ada ditangan seorang pemimpin. Untuk itu, maka kemampuan pemimpin guna dapat menyusun kabinet yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan bagi dirinya menjadi hal penting.

Pada saat yang bersamaan, pemimpin harus pula memiliki kemampuan dalam memilih serta memilah informasi yang sesuai, agar menghindari terjadinya bias. Termasuk didalamnya terjebak pada kondisi keputusan ambigu yang menciptakan kebingungan, sehingga masuk kedalam perangkap status quo sehingga sulit untuk beranjak pada satu situasi baru.

Tidak hanya itu, batu sandungan juga bisa terjadi saat kita mencoba melakukan komparasi serta mencontoh pengambilan keputusan di masa lalu. Bahwa pendekatan pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah memiliki konteks ruang dan waktu, sehingga tidak bisa dengan serta merta melakukan pengambilan keputusan yang sama untuk setiap waktu, karena copy paste jawaban tentu saja tidak bisa diperlakukan untuk semua kondisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun