Di dunia yang modern, ketika kompetisi bisnis semakin ketat terjadi, maka tidak ada sebuah produk ataupun jasa yang hadir secara monopolistik, terutama ketika letakkan dalam perangkat pasar bebas.
Setiap bisnis dalam turunan produk maupun jasa, pasti memiliki pesaing me too. Tidak dapat dipungkiri persaingan dapat menjadi pemicu kreatifitas, disamping itu kompetisi akan mekanisme dari seleksi alam didunia usaha.
Dalam strategi generik ala Porter kita tentu memahami bahwa memenangkan persaingan dalam kompetisi terbuka hanya dapat dilakukan dalam wujud tiga hal sebagai strategi mendasar, yakni: cost leadership, focus dan differentiation.
Selain persoalan keunggulan biaya serta fokus, maka menjadi unik dan berbeda -differentiation merupakan salah satu jalan meninggalkan persaingan yang menurut Prof Kim disebut sebagai Blue Ocean strategy melintasi persaingan sengit di samudera yang bersimbah darah Red Ocean.
Tapi berbeda dan unik bukan perkara mudah. Duplikasi dapat dengan mudah dilakukan, sulit mempertahankan first mover advantage dalam kurun waktu yang lama, karena bisnis kini bersifat sangat dinamis. Bahkan lifetime bisnis kini berada dalam siklus Product Life Cycle yang relatif singkat, jika tidak bisa dibilang pendek.
Semua menjadi nampak sama, dalam similarity tipikal. Mudah sekali melihatnya, kini kedai chicken fastfood memunculkan product burger ayam, sementara burger resto memperkenalkan paket ayam diluar pakem burger yang menjadi ikon productnya. Apa maknanya? Bahwa sekat pembeda sudahlah tipis adanya.
Kolaborasi dan Layanan
Sulit untuk membedakan satu produk dan jasa dari yang lainnya, karena semuanya kini berwujud sama. Satu hal yang masih mungkin untuk dikembangkan lebih jauh adalah membangun interaksi pelanggan secara lebih intensif dan mendalam.
Pelanggan berubah menjadi fanbase yang membentuk komunitas diantara mereka. Kehadiran produsen produk maupun jada tidak lagi menjadi dominan, kemampuan mendengar dan melihat kebutuhan konsumen dari lalu lintas percakapan yang terjadi adalah sebuah sensitifitas, tentu saja perlu dipelajari dengan baik.
Kolaborasi produsen dan konsumen secara timbal balik, dalam kerangka manajemen adalah upaya untuk meretensi pelanggan dalam jangka waktu relasi keterhubungan yang panjang. Konsep kolaborasi juga menjadi upaya untuk mampu beradaptasi atas perubahan yang terjadi ditingkat pelanggan.
Pada periode saat ini, pelanggan mudah sekali berayun, dari satu produk maupun jasa satu ke yang lain. Aspek rasional hingga irasional kerap melatarbelakangi terciptanya volatilitas konsumen. Mulai dari merasa tidak dilayani, tidak didengar hingga tidak mendapatkan apa yang telah dijanjikan, adalah sekelumit persoalan mendasar dari terjadinya proses pelanggan yang berpindah tersebut.