Kebutuhan hidup tidak bisa dipenuhi seorang diri, karena pada sifatnya manusia adalah homo socius yang berkelompok dalam interaksi kumpulan. Pada upayanya untuk dapat memastikan ketercukupan pemenuhan kebutuhan maka manusia berlaku dalam hubungan sebagai penjual dan pembeli dalam setting lokasi tempat yang dikenal sebagai pasar.
Maka kebutuhan penawaran akan bertemu dengan permintaan untuk menjadi sebuah pola transaksi yang kemudian secara akumulatif dimaknai sebagai makna dasar ekonomi. Kerangka aktifitas sederhana tersebut menjadi sebuah hal yang secara riil mendorong terjadinya interaksi, membangun sebuah keterikatan sekaligus keterkaitan yang harus dirawat dengan baik.
Pasar tidak ubah layaknya rumah besar yang menjadi urat nadi bagi kehidupan, sudah barang tentu dalam konteks tersebut kita lebih memperhatikan dengan baik bagaimana penataan pasar agar nampak layak serta manusiawi. Perkembangan dunia saat ini, menempatkan pasar tradisional yang lekat dengan proses tawar menawar terdegradasi oleh pusat ritel modern yang membangun lifestyle.
Lalu bagaimana pasar modern harus merevitalisasi diri? Tidak hanya sekedar bertahan menghadapi perubahan jaman, namun sekaligus menguatkan diri dalam kompetisi yang semakin ketat. Maka hal terpenting yang dibutuhkan adalah penataan serta pengelolaan bukan penggusuran apalagi sampai pembakaran hanya untuk melakukan relokasi sebuah pasar dalam upaya alih fungsi lahan.
Kini telah banyak pasar tradisional yang memakai konsep pengelolaan modern, jadi image basar dan berlumpur ditambah sumpek dan berbau tidak lagi tampak sebagai tampilan utama. Namun harus diakui belum keseluruhan pasar dapat berlaku seperti itu, dan dalam hal ini peran pengelola pasar yang mayoritas di Ibukota dihandling oleh PD Pasar Jaya harus konsisten dalam komitmen pengembangan pasar baik secara swadaya atau joint operation dengan berbagai investor lain.
Pengelolaan berkaitan dengan pengaturan item atas dagangan dan menciptakan suasana yang segar untuk dapat berbelanja dengan penuh keriangan tentu menjadi sebuah ilustrasi yang menarik. Termasuk aksesibilitas atas transportasi yang mudah, serta jangkauan pembiayaan perbankan bagi inisiatif baru para wirausahawan muda untuk memiliki ketertarikan dalam mulai berusaha.
Nah, bila sudah demikian, apa yang dapat menjadi inovasi lanjutan dalam pengembangan sebuah pasar? Tentu aspek tematik, tentu membuat pasar multifungsi adalah bagian yang menjadi pemenuhan kebutuhan universal, namun memberi aspek tematik yang spesifik dapat menjadi satu brand awareness tersendiri yang menjadikan mereka pasar tradisional memiliki asosiasi tertentu secara positif. Plus yang tidak kalah harus dikuatkan adalah aspek promosi.
Dalam konsepsi pemasaran, maka ketika produk, harga dan lokasi telah diperbaiki untuk dapat membangun daya saing maka aspek promosi menjadi sebuah keharusan yang tidak dapat dilewatkan. Dan nampaknya aspek promosi ini masih menjadi kendala, pola promosi yang masih berkutat pada mekanisme wouth of mouth tidak dapat serta merta mem-buzz eskalasi bisnis, oleh karena itu pengelola pasar harus membiasakan diri untuk membangun branding secara online, website dan social media adalah perangkat yang dapat dimainkan dalam hal ini.
Membuat berbagai brosur penawaran yang dapat disebarkan secara digital maupun fisik perlu dilakukan sebagai upaya penyampaian pesan kepada audience secara meluas, tentu hal ini harus diimplementasikan secara kontinu sebagai program pasar, termasuk melakukan berbagai event yang mendukung seperti gebyar discount mid or end year serta berbagai kegiatan yang dirancang sebagai upaya membangun minat awal untuk kembali masuk kedalam pasar tradisional yang telah berubah tersebut. @danamonpeduli #pasarrakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H