Secara berturutan pemerintah membentuk paket-paket kebijakan sebagai respon terhadap perubahan ekonomi ditingkat global, yang tentu saja berdampak pada perekonomian domestik.
Bahkan serial paket kebijakan sudah sampai pada tahap ke III, dan disinyalir sesuai isyarat pemerintah melalui Menko Perekonomian akan segera dirilis lanjutan paket kebijakan ekonomi ke IV.
Segera bertindak, mungkin itu inisiatif yang diharapkan dapat menjadi stimulus bagi upaya menjaga stabilitas, bahkan pertumbuhan ekonomi nasional.Â
Selaras dengan arah paket kebijakan pemerintah tersebut, sentimen positif membumbung, terlihat dari indikasi nilai tukar yang mengalami perbaikan serta ditutup pada level Rp13.000 per U$ dollar.
Meski hal tersebut disebut lebih dominan karena aspek eksternal, setidaknya memberikan harapan akan perbaikan kondisi perekonomian yang nampak mengalami kelesuan.
Lalu, apakah paket kebijakan yang berjilid-jilid banyaknya tersebut, akan mampu secara efektif menjadi obat penawar dari kondisi ekonomi saat ini?.Â
Perbaikan Supply-Demand
Bila berkaca dari relasi ekonomi yang terhubung dalam kaitan produsen dan konsumen, demikian pula yang terjadi dalam konteks perekonomian dunia, dimana keseimbangan dibangun dari interaksi dan saling transaksi antar negara.
Dititik keterhubungan ekonomi global tersebut, maka kemampuan kompetitif negara untuk berdaya saing, akan menjadi penentu kekebalan dirinya dalam menghadapi krisis, dan negara industrial umumnya memiliki kemampuan untuk recovery jauh lebih cepat dibanding negara yang berbasis sumberdaya alam.
Fundamental pengerak kita masih bertumpu pada harga komoditas alam, bahkan tanpa added value. Padahal potensi yang dimiliki ke arah tersebut sangatlah memungkinkan.
Paket kebijakan pemerintah kali ini memang hendak merangkum upaya deregulasi dan debirokratisasi untuk menumbuhkan investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Terlihat jelas program yang diambil tersebut menjadi seolah paket kilat bagi solusi jangka pendek.