Dalam siklus ekonomi, periode pertumbuhan selalu dibarengi pula dengan masa krisis dan stagnasi. Ekonomi berlangsung dalam siklus yang berulang, meski intensitas dan kedalaman fase yang berganti tersebut berbeda sesuai masa yang dihadapi.
Melihat ekonomi Indonesia kali ini, tentu akan menimbulkan pertanyaan menarik, apakah hantu krisis sudah hadir didepan pintu bangsa ini? Atau fenomena krisis masihlah jauh dipelupuk mata yang tidak nampak?.
Krisis sesungguhnya adalah soal sudut pandang. Pada perspektif yang berbeda, kondisi krisis merupakan tantangan sekaligus peluang. Namun bagi sebagian kalangan, krisis adalah sumber inovasi, karena kemampuan bertahan ditentukan oleh respon adaptif secara cepat.
Hakikat dari krisis ekonomi adalah konsekuensi logis yang terkandung dalam relasi hubungan dagang antar negara ditingkat dunia. Pada pola perdagangan dunia, negara maju menjadi superior dibanding negara berkembang, karena penguasaan sumber daya teknologi dan industri.
Termasuk bagi Indonesia, yang sesungguhnya tidak mengalami perubahan hingga hari ini, khususnya dalam konsep pengelolaan sumberdaya ekonomi berbasis komoditas alam, bahkan sejak jaman penjajahan kolonial Hindia Belanda.
Tidak ada added value yang dihasilkan lebih besar, bahan mentah dari perut bumi dijual, untuk kemudian dibeli kembali sebagai produk jadi, bahkan dengan harga yang lebih tinggi. Dengan demikian defisit pun terjadi.
Manakala harga komoditas dipasar dunia mengalami penurunan secara fluktuatif, maka guncangan dalam stabilitas perekonomian negara terjadi dengan kuat. Kita menjadi sangat bergantung pada pasar internasional, pun termasuk dalam konsumsi bahan import produk jadi.
Ekonomi Kita Kini
Kalaulah krisis di Indonesia masih belum terlihat, tetapi sesungguhnya krisis adalah bagian dari keniscayaan ekonomi yang sulit diprediksi, karena terdapat berbagai faktor terkait yang kompleks. Maka bersikap waspada dan penuh persiapan, menjadi sebuah keharusan bagi kita.
Kita patut memperhatikan dengan cermat bagaimana pergerakan atas ketimpangan sosial, pertambahan angka kemiskinan, meluasnya pengangguran serta bertumbuhnya persoalan-persoalan baru sosial kemasyarakatan.
Hal menarik lainnya adalah persepsi tingkat kepuasan publik atas kinerja ekonomi pemerintahan yang berada dibawah 50% diberbagai survey. Situasi ini jelas memerlukan kemampuan komunikasi yang baik, agar pemerintah mampu membangun sentimen positif, meski terjadi kelesuan ekonomi, mencegah ketidakpercayaan publik.