Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Hot Money Berujung Sudden Death

25 September 2014   22:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:31 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awan gelap itu masih menggelayut dicakrawala perekonomian domestic maupun dunia, bahkan kemungkinan terburuk adalah imbas terjadinya arus balik dari dana yang diparkir pada emerging market secara langsung akibat dari rencana dinaikkannya The Fed Rate oleh Janet Yellen.

Hal tersebut menyusul data jobless claims yang memburuk, ternyata negara adidaya itu pun belum pulih dari kondisi pasang surut ekonominya. Sakit pada negara sentral dunia menjalar keberbagai negara lain termasuk Indonesia, karena potensi larinya dana asing dari bursa domestic.

Terhitung dana asing di pasar SUN mencapai Rp 443,72 triliun atau 37% dari total dana yang ada, meski secara agregat bila dihitung sepanjang tahun, net buy asing masih tinggi Rp 52,59 triliun, namun sifatnya memang hot money yang bisa dating dan pergi sesuka hati.

Kondisi tersebut yang menyebabkan pasar uang dalam negeri menjadi sangat volatile, dan dikhawatirkan dana panas itu keluar serentak, maka bisa terjadi kolaps karena proporsinya yang signifikan, terlebih terjadi trend pelemahan kurs rupiah dan penurunan harga komoditas ekspor.

Bayangan yang buruk dalam ekonomi duni tersebut membuat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) melakukan koreksi atas pertumbuhan ekonomi dunia, penurunan [ertumbuhan tersebut dipatok pada kisaran 3,1 % dibandingkan proyeksi 4.7 % sebelumnya.


Sedangkan prediksi pada 2015 diproyeksikan tumbuh 4% dari estimasi pertumbuhan total yang sebelumnya diasumsikan 5,3%, hal ini dipegaruhi oleh tensi geopolitik, konflik regional, harga bahan bakar, mengendurnya pertumbuhan negara berkembang dan berbagai factor pemicu lain.

Lalu apa yang dapat diperbuat oleh kabinet pemerintakan Jokowi–JK dalam menghadang hembusan badai ekonomi tersebut? Dalam kondisi pemerintahan baru yang mendapatkan legitimasi langsung dari rakyat, maka pembentukan tim ekonomi yang tangguh menjadi sebuah prasyarat.

Fokus dalam konsentrasi penguatan infrastruktur perekonomian serta kreatif dalam membangun potensi ekonomi kerakyatan adalah kewajiban, pertanian dan kelautan sebagai bagian dari daya dukung disektor pangan diperkuat dengan membangun kemampuan BUMN untuk menjadi pilar ekonomi nasional adalah sisi lain yang harus dioptimalkan.

Bagaimana rumusan turunannya? Kembali kepada upaya pembangunan kekuatan ekonomi yang berasal dari pedesaan untuk memperkuat struktur ekonomi ditingkat nasional harus kembali digairahkan dengan menguatkan potensi kelembagaan seperti Koperasi dan Ide mengenai Bank Tani yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi ditingkat local.

Pun termasuk, menggarap industry kreatif yang sesuai dengan konten dan sumberdaya yang ada adalah sebuah alternative menjadikan badai ekonomi kali ini sebagai sumber tenaga bagi kincir angin pembangunan berkelanjutan, yang membangun kemandirian dan tidak bergantung atas dana panas yang dapat mengakibatkan sudden death perkonomian nasional.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun