Kasak kusuk! Jelang periode lebaran, nama kandidat yang akan berkontestasi di politik domestik 2024 diumumkan.
Pada pentas politik tidak ada waktu yang terlalu lama atau terlalu sebentar, semua waktu adalah momentum yang harus dimanfatkan.
Orientasi politik esensinya adalah upaya memperoleh kuasa sekaligus mempertahankan masa berkuasa.
Kemunculan para kandidat, adalah sebuah keniscayaan dalam demokrasi, karena pergantian kekuasaan merupakan bagian makna dalam kehidupan berdemokrasi.
Tidak lama berselang setelah pengumuman tersebut, ramai media massa meliput kegiatan para elite politik yang menjalin komunikasi.
Relasi diantara para aktor politik, tidak hanya kompleks sekaligus rumit, karena semua pihak berada pada tujuan yang sama, yakni berkuasa dan berharap ada dalam gelanggang kekuasaan.
Tokoh dan partai politik kemudian berlomba merumuskan model koalisi, menjajaki penggabungan kekuatan, melakukan simulasi kemenangan.
Indikatornya adalah hasil kuantitatif survei, pengukuran dilakukan untuk memastikan keterpilihan.
Tersebab itu pula, maka kandidat disorongkan berdasarkan popularitas serta elektabilitas.
Ukuran keterkenalan dan potensi keterpilihan inilah yang membuat partai politik menimbang seorang calon pemimpin.
Padahal dibutuhkan kualitas, bukan sekedar kuantitas.