Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik dan Sepakbola

30 Maret 2023   13:43 Diperbarui: 30 Maret 2023   13:45 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak terang benderang sepakbola bisa dipisahkan dari politik. Lihat saja, bagaimana Argentina di tahun 1978, yang kala itu dipimpin Jorge Rafael Videla menyelenggarakan Piala Dunia, ditengah citra pemerintahan anti demokrasi dan pemberangusan demonstran di negeri tango, untuk memperoleh citra positif.

Lebih jauh lagi, ide tentang tuan rumah yang beroleh untung dari perhelatan besar olahraga, juga kerap kali tidak terbukti.

Merujuk buku, Brazilian Football and Their Enemies, 2014, yang dirilis Pandit Football Indonesia tentang bagaimana Brazil bertindak menjadi tuan rumah piala dunia 2014 dengan biaya yang besar ditengah performa ekonomi yang tidak baik, justru menyedot pembiayaan besar untuk berbagai venue kegiatan.  

Atau bila merujuk sejarah, Bung Hatta juga pernah mengkritik keras penyelenggaraan Asian Games 1962 di Jakarta oleh Presiden Soekarno. Proyek Mercusuar dibangun di atas kondisi yang tidak stabil ekonomi dalam negeri.

Momentum Pembenahan

Bagaimana bersikap dari situasi yang terjadi? Tentu kondisinya sudah final, Indonesia batal menjadi penyelenggara piala dunia U20, timnas pun tidak ikut bertanding, bahkan kemungkinan FIFA menjatuhkan sanksi atas kondisi tersebut, maka berbenah diri yang perlu dilakukan.

Momentum ini, menjadi lapangan riil yang praktis merupakan pekerjaan pengurus PSSI terpilih untuk membenahinya. Bukan hanya sekedar kemampuan retorika kampanye saat pemilihan semata.

Pada pemilihan terakhir, setidaknya dua menteri berkontestasi di ajang pemilihan ketua PSSI, bahkan menteri olahraga pun mundur dari kursinya untuk berfokus di PSSI, mungkin sedang berhitung aspek strategis dari posisi olahraga populer itu.

Penguatan kompetisi sepak bola nasional. Penjaringan bibit berkualitas dari penjuru negeri. Termasuk membangun budaya sportivitas adalah pekerjaan rumah yang masih tersisa. Belum lagi bila menyoal kejadian di Kanjuruhan, Malang.

Karena hidup itu layaknya bola yang digocek ke kiri dan ke kanan, berputar atas dan bawah, mulai titik ini mereka yang sudah terpilih untuk secara profesional mengelola olahraga sepakbola Indonesia perlu diminta bekerja dengan bersungguh-sungguh.

Sebab kita berharap bisa masuk piala dunia bahkan menjadi juaranya, dengan berbekal kemampuan bertandingnya secara berjenjang dari kompetisi ke kompetisi di berbagai tingkatan. Semoga saja kejadian ini menjadi sarana pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun