Manusia adalah angka! Ilmu statistik menempatkan manusia sebagai skala pengukuran. Dalam model kuantitatif, keberadaan individu tidak lebih sebagai satuan numerik.
Ilmu pengetahuan adalah bentuk kemajuan manusia modern, untuk memahami realitas yang melingkupinya. Problem utamanya, ada keterbatasan internal yang terkandung didalamnya.
Keberadaan suatu ilmu pengetahuan, tidak lepas dari situasi yang bersifat saling mempengaruhi di sekitarnya. Netralitas menjadi satu pakem yang seringkali dilangkahi.Â
Terdapat cara pandang subjektif yang bias kepentingan dalam sebuah ilmu pengetahuan. Phytagoras menyoal mathesis universalis, bahwa yang nyata adalah yang terukur, selain itu mitos.
Di era teknologi digital, manusia terkuantifikasi ke dalam berbagai indikator. Pengukuran kuantitatif menempatkan manusia sebagai objek kebendaan.Â
Kita memahami, jika sarana ilmu pengetahuan membuat kita mampu mendeskripsikan sebuah realitas, tetapi dibutuhkan daya nalar kritis untuk mengambil kesimpulan terkait.
Bahagia ala Manusia
Salah satu bentuk penilaian itu, terlihat melalui rilis indeks kebahagiaan yang dipublikasikan lembaga statistik nasional.Â
Tentu menjadi menarik untuk dicermati, terlebih manakala tafsir kebahagiaan dibungkus secara politik. Padahal metodologi kalkulasi indeks kebahagiaan, membuka ruang pertanyaan secara subjektif bagi responden.
Apa maknanya? Terdapat peluang lebar untuk bias dalam memahami kebahagiaan secara agregat. Terdapat jarak antara indeks kebahagiaan (IK) dan indikator indeks pembangunan manusia (IPM).