Daron Acemoglu & James Robinson, pada Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity and Poverty, 2012 diterangkan bahwa pola ekonomi politik yang menggunakan paradigma ekstraktif dengan kecenderungan sentralistik dan berpusat pada kepentingan segelintir pihak.
Pendekatan pembangunan harus diubah dengan memakai perspektif ekonomi politik inklusif, dengan pokok haluan terbesar terletak bagi kepentingan umum sebagai pemilik kedaulatan.
Hanya dengan partisipasi demokratis, maka emansipasi kehendak publik dapat sampai pada sasaran yang diinginkan. Karena kekuasaan perlu diawasi, dikoreksi bahkan direposisi, agar tidak tergelincir menjadi alat serta sarana kepentingan kelompok kecil dengan kekuatan besar.
Merawat Sejahtera
Keseimbangan dari upaya menghadirkan imajinasi akan tujuan kehidupan bersama yang sejahtera, adalah amanat bernegara.
Pembukaan -preambule konstitusi menyebut secara eksplisit tentang mencapai pintu gerbang kemerdekaan yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Sehingga sejahtera adalah totalitas lahir-batin yang tercukupi. Bukan saja termuat dalam ukuran fisik, tetapi sampai pada ruang jiwa.
Maka formula kesejahteraan -welfare mencakup perasaan menjadi jati diri manusia merdeka -well being.
Karena itu pula, proses menjadikan kehidupan sejahtera secara bersama membutuhkan upaya kelembagaan, memastikan sirkulasi aspirasi terjadi, ruang kekuasaan tidak bersifat mutlak, monilitik dan tunggal, melainkan membutuhkan asupan oposisi.
Tanpa itu, pergeseran pemangku kuasa pada tiap tahap peralihan kekuasaan hanya akan memunculkan tangan besi kuasa yang baru, tanpa makna dan tujuan bersama.
Sebagaimana  George Orwell, dalam Animal Farm yang menampilkan metafora pemberontakan di kandang babi, yang pada akhirnya menghadirkan si babi penguasa baru, dengan tindak tanduk serta tingkah pola yang tidak berbeda dari penguasa sebelumnya.