Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Teknologi dan Misteri Masa Depan

21 Juli 2021   15:59 Diperbarui: 22 Juli 2021   00:12 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini, teknologi komunikasi menyelusup ke seluruh bidang kehidupan manusia. Pencapaian dan kemajuan digital memudahkan kehidupan manusia, tetapi juga memiliki dampak turunan yang terkait.

Sebagaimana Marshall McLuhan, pada awalnya teknologi dibentuk oleh pengetahuan manusia, seturut waktu manusia juga dikonstruksi melalui relasinya pada teknologi. Ruang psikosfer, dalam perspektif Alvin Toffler, yakni lingkup berpikir, merasa dan berperilaku publik pun terguncang.

Hal itu terlihat di ruang maya. Kita mengalami krisis komunikasi di jagat digital. Media sosial yang semula menjadi arena setara dan membuka percakapan publik, kini menjadi wilayah yang secara aktual membentuk polarisasi.

Media sosial menjadi ancaman bagi demokrasi, sesuatu yang tidak pernah dibayangkan pada permulaan para penggunanya. Sebagaimana diungkap Siva Vaidhyanathan dalam, Anti Social Media-How Facebook Disconnects Us and Undermines Democracy, 2018, platform media sosial berubah menjadi mesin propaganda yang massif.

Keterbelahan pemikiran sesungguhnya hal dinamis, merupakan bentuk dialektika. Tetapi, ketika kemudian ekspresi perbedaan itu ditampilkan dalam bentuk terbuka, bahkan tanpa laku moral etik dan berbudaya, maka kita kehilangan jati diri kemanusiaan.

Kenyataan tersebut, dalam amatan penulis, merupakan anomali dari keberadaan teknologi yang seharusnya memperluas jangkauan komunikasi dalam membentuk kesatuan makna dan kesepahaman bertindak.

Bidang politik, ekonomi, sosial hingga sektor pendidikan tidak terkecuali kini mendigitalisasikan diri. Ada ancaman yang harus dimitigasi. Literasi adalah salah satu bagian untuk mencerahkan publik. Budaya sebagai pakem adiluhung menjadi standar nilai moral etik.

Di balik optimisme akan dukungan teknologi dalam aspek praktis di kehidupan publik, kita memang perlu sedikit berpikir ulang untuk menghindarkan terjadinya situasi keterbunuhan budaya.

Kita semua memiliki peran setara, dalam mempergunakan teknologi dengan arif dan bijaksana, mari kita mulai!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun