Pandemi menjadi alarm, yang mengirimkan sinyal tanda bahaya. Perlu ada perbaikan, mengencangkan sabuk pengaman, agar kita bersiap untuk resiko terburuk yang akan terjadi.
Untuk bisa keluar dari situasi pelik tersebut, Fareed menyampaikan poin-poin pokok penting agar wabah dapat ditangani, karena pada kenyataan sejarah, wabah akan selalu berakhir.
Fareed menyebut dibutuhkan kualitas pemerintahan yang kompeten untuk mampu mengatasi pandemi. Berkaca pada kondisi Amerika sebagai negara besar yang kerepotan menghadapi wabah.
Bahkan bila dibandingkan Taiwan, Hongkong dan Singapura, penanganan Covid-19 di negeri Paman Sam dapat dibilang tertinggal. Fokusnya pada kepemimpinan kolektif yang mampu menampilkan kualitas penyelesaian masalah.
Negara, Pasar serta Ilmuwan
Masa pandemi, jelas Fareed, merupakan situasi anomali. Mekanisme pasar tidak lagi mampu bekerja sempurna serta menjadi indikator mutlak. Dalam hal itu negara mengambil alih peran, melakukan intervensi.
Negara wajib masuk ke gelanggang pertempuran melawan wabah, memutuskan langkah penting dan prioritas dalam menyelamatkan warga negara. Tidak bisa tidak, menjadi kewajiban.
Aktor yang turut berperan selama pandemi, adalah para ilmuwan. Tetapi tidak bisa sendirian, ilmuwan dan publik harus membangun harmoni, keduanya berinteraksi secara timbal balik.
Karantina dan isolasi menjadi himbauan yang sering disampaikan, meski pada hakikatnya tidak menghilangkan sifat manusia sebagai makhluk komunal yang hidup secara sosial.
Perantaraan teknologi menjadi pengganti interaksi fisik, dan ketergantungan itu akan semakin besar dari waktu ke waktu. Situasi ini, bagi Fareed, membuat ketimpangan melebar.
Tidak hanya antar negara, bahkan antar lapis ekonomi masyarakat pun terjadi kesenjangan, dalam uraiannya Fareed menyebut, perlu upaya bersama, kolaborasi antar bangsa sebagai umat manusia.