Kontras! Di benua Eropa momen pertandingan sepak bola antar negara berlangsung meriah.Â
Sementara itu di Wuhan, digelar wisuda sebelas ribu mahasiswa secara terbuka. Kita justru tengah berada di fase kedua gelombang pandemi. Juga ada perayaan seabad Partai Komunis China.
Singapura berencana hidup bersama Covid-19, sebagai hal realistis karena yang dapat dilakukan adalah melokalisir penularan wabah.
Melejit. Angka pertambahan kasus jauh lebih tinggi dibandingkan periode pertama. Grafiknya curam, seperti tebing vertikal.Â
Sebagian kalangan menyebut kontribusi peningkatan yang tinggi disebabkan (i) mutasi varian baru, (ii) ditambah dengan penurunan kedisiplinan publik melaksanakan protokol kesehatan, (iii) hingga kelemahan penegakan aturan dan kebijakan penanganan pandemi.
Kita bisa membuat rangkaian analisis yang terjadi, tetapi perlu juga secara bijak mengambil pelajaran kembali pada siklus kedua kali ini.
Renungan Fareed
Siapa Fareed? Seorang jurnalis di CNN yang aktif mengisi kolom pada The Washington Post, keturunan India di Amerika dengan gelar PhD serta menjadi penulis buku.
Di buku terbarunya, Sepuluh Pelajaran untuk Dunia Pasca Pandemi, 2021, Fareed menuangkan pemikiran yang relevan dengan realitas dalam periode pandemi sampai hari ini.
Bagi Fareed, wabah yang ditengarai berasal dari kelelawar bukan sekedar persoalan aspek kesehatan semata, tetapi merupakan ilustrasi besar yang kompleks dari peradaban manusia.
Pada kenyataannya, kini manusia dengan segala kebesaran dan pencapaiannya justru dikurung ketakutan oleh makhluk mikroskopik yang bahkan tidak terlihat oleh mata. Ada ruang refleksi.