Opsi lockdown yang dalam implementasi praktis dijalankan melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau saat ini dikenal sebagai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat -PPKM memang berhadapan dengan situasi dilematis pada kerangka ekonomi, dalam hal itu konsep kepemimpinan diuji.Â
Leiden is lijden atau memimpin adalah menderita dalam perspektif Haji Agus Salim. Para pemimpin di semua level harus mampu merumuskan keseimbangan yang menjamin perlindungan seluruh warga bangsa sebagaimana amanat yang termuat dalam gagasan preambule, pembukaan konstitusi.
Disisi lain, publik harus pula menaruh kepercayaan dan membangun solidaritas sosial untuk memastikan keberhasilan program bersama. Kalimat no one is safe, until everyone is berada dalam pemaknaan bahwa tiada yang dapat selamat, tanpa adanya kolaborasi dan kebersamaan.
Panasea dan Terra Incognita
Vaksin dan vaksinasi adalah buah ilmiah hasil karya dari ilmu pengetahuan untuk melawan pandemi. Tetapi vaksin juga bukan solusi tunggal yang utuh layaknya panasea atau obat mujarab segala situasi, melainkan menjadi alat bantu yang melengkapi berbagai bauran strategi mengatasi penularan wabah.
Padanan sempurna dari kehadiran vaksin tetap membutuhkan disiplin akan protokol kesehatan, serta penguatan sistem kesehatan nasional sebagai pelengkap pertahanan. Pandemi Covid-19 adalah hal yang tidak terduga, merupakan wilayah pengetahuan baru yang sebelumnya tidak dikenali serta tidak diketahui oleh umat manusia (terra incognita).
Karena itu pula, maka persoalan vaksin dari keterbatasan teknis, pada varian aspek struktural hingga kultural perlu menjadi perhatian serta bahan perbaikan.Â
Pada aspek struktural, proses pengelolaan data sasaran terintegrasi hingga tahapan teknis vaksinasi harus dimuat secara terperinci. Melibatkan seluruh pihak dalam memastikan cakupan bagi keberhasilan program vaksinasi.Â
Proses koordinasi pusat dan daerah hingga unit terkecil harus mampu bergerak bersama guna mencapai serta menjangkau target yang telah ditentukan. Kepemimpinan dan kedisiplinan menjadi faktor pembeda.
Sedangkan di tingkat kultural, perlu ada upaya persuasi untuk sampai pada kesadaran -kognitif, membangun perasaan -afektif hingga kemauan bertindak -konatif dengan kesatuan narasi yang serempak secara seragam dari para role model yang menjadi panutan publik.Â
Menyusun ulang pondasi kepercayaan --trust dari keterbelahan pasca polarisasi politik jelas membutuhkan upaya yang lebih besar secara menyeluruh, dan hal ini merupakan hasil yang dituai dari pragmatisme politik kekuasaan.Â