Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pandemi, dari Panasea ke Terra Incognita

29 Januari 2021   14:56 Diperbarui: 3 Februari 2021   10:01 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DISUNTIK. Vaksinasi Presiden Jokowi tuntas untuk kedua kali pada Rabu (27/1). Prosesi pemberian vaksin Sinovac kepada kepala negara terjadi bersamaan dengan tembusnya sejuta kasus Covid-19 di tanah air. 

Harapan besar atas vaksinasi yang akan menjadi senjata pamungkas melawan pandemi, berhadapan dengan realitas berbagai persoalan yang membebaninya. Mulai dari gempuran hoax mengenai vaksin, hingga kendala dalam kerangka struktural hingga kultural.

Menarik bila menyimak penyampaian Menteri Kesehatan (27/1) terkait momen sejuta kasus Covid-19 dalam dua hal, (i) dimaknai sebagai periode berduka atas hilangnya sejumlah nyawa ditafsir sebagai kesedihan sekaligus kewaspadaan, dan (ii) membutuhkan upaya yang lebih keras guna menjalankan disiplin protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) maupun usaha menangani pandemi melalui 3T (testing, tracing, treatment).

Pernyataan tersebut secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa penanganan Covid-19 di dalam negeri belumlah sukses, dengan kata lain mengalami kesulitan untuk mengatasi risiko yang terjadi, diantaranya (i) kesalahan mengantisipasi pandemi pada periode awal, dan (ii) kegagalan mereduksi jumlah penularan manakala pandemi telah menjadi risiko yang aktual.

Bila dikaji lebih jauh lagi, terkait dengan vaksinasi Covid-19 maka karakteristik publik terbelah menjadi beberapa cluster, berdasarkan hasil jajak pendapat Kompas (28/1) ditemukan bahwa antusiasme publik untuk divaksin sebesar 38.2 persen. Sementara sisanya berpencar menjadi mau divaksin tetapi tidak saat ini (17.2 persen), ragu-ragu (22 persen) hingga kurang berminat (16.3 persen) dan sangat tidak berminat (6.3 persen).

Menggunakan data di atas, kita tampaknya memerlukan strategi baru dalam memastikan keberhasilan vaksinasi. Basis kelompok yang dibutuhkan untuk mencapai kemampuan pembentukan kekebalan kelompok (herd immunity) menyasar target vaksinasi sebanyak 70 persen populasi.

Bila kondisi kalkulasi vaksinasi tersebut tidak tercapai, maka efektivitas dalam proses pembentukan kekebalan publik akan berlangsung dalam durasi yang lebih lama. Bisa dibayangkan pula bagaimana situasi fisik dan psikologis publik bila waktu pandemi semakin memanjang.

Membangkitkan Kesadaran

Persuasi dalam kerangka komunikasi publik harus disusun dalam narasi yang jelas dan sederhana, agar lebih mudah diterima. Bahkan sebelum sampai pada proses vaksinasi, masih ada pula sebagian kalangan yang mempercayai bila Covid-19 adalah hasil konspirasi, yang merupakan bentuk kepentingan bisnis dengan balutan kombinasi dari peran manipulasi media.

Pada sejuta kasus tersebut, terbentuk kesimpulan dasar, Pertama harus disadari bahwa Covid-19 itu nyata dan berada diantara kita saat ini. Tingkat infeksi serta kematian yang cepat menunjukkan efek berbahaya virus, sehingga klaim angka perbandingannya dengan menggunakan kasus lain semisal TBC merupakan model komparasi keliru karena pola penyakitnya yang berbeda.

Kedua penularan wabah ini tak pandang bulu, sudah banyak petinggi negeri bahkan hingga ulama yang terjangkit, sebahagian diantaranya tidak mampu terselamatkan. Kasus Covid-19 sulit dipungkiri lagi dan sudah menjadi sebuah realitas, jangan menganggap remeh. Banyak bukti nyata yang dapat terlihat di sekitar kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun