Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tantangan Ilmiah Vaksin Covid-19

20 Agustus 2020   21:32 Diperbarui: 20 Agustus 2020   21:35 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tahap akhir. Uji coba vaksin Covid-19 sudah memasuki periode puncak. Fase ketiga sedang dilakukan, untuk mendapatkan konsistensi hasil positif yang ditujukan untuk menangkal virus. 

Dunia sedang menunggu datangnya kepastian vaksin. Di saat yang bersamaan, seluruh negara juga tengah berupaya keras untuk menemukan formula vaksin yang tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Segera setelah vaksin berhasil ditemukan, tantangan besar sudah menanti. Terkait proses produksi hingga distribusi. Tentu yang paling krusial adalah tahap vaksinasi itu sendiri, siapa yang akan didahulukan? Bagaimana teknisnya? 

Pertanyaan itu masih menggantung, harus segera diselesaikan. Fokus dari target pencapaian jangka pendek, adalah menuntaskan kepastian produk vaksin yang ampuh dalam mengalahkan virus. Menjadi penyambung harapan.

Persoalan yang akan muncul kemudian merujuk pada perbedaan kapasitas akses produk vaksin, terlebih ada kemungkinan potensi nasionalisme vaksin. Hal itu sudah diperingatkan Dr Tedros Adhanom, Dirjen WHO tentang potensi konflik yang akan terjadi, bila vaksin dipergunakan dalam kerangka nasionalisme sempit. 

Sesungguhnya, pandemi adalah masalah dunia, menjadi persoalan bersama umat manusia di muka bumi, sudah seharusnya vaksin menjadi penawar dari penularan wabah, yang dapat berlaku global dan dipergunakan bagi semua.

Perlombaan Riset
Pada bagian akhir riset vaksin, maka uji klinis tahap ketiga menjadi hal yang paripurna, terkait dengan dua hal penting; (i) keamanan vaksin, dan (ii) efektivitas vaksin. Tentu dibutuhkan kaidah ilmiah yang berbasis ilmu pengetahuan, dengan penekanan pada etika kemanusiaan. 

Sebelumnya, Rusia menjadi negara paling awal dalam klaim keberhasilan temuan virus Covid-19 bernama Sputnik V, nama tersebut identik dengan satelit pertama dunia asal Moscow. Hal ini pula yang seolah mencoba mengembalikan memori dunia, tentang kemampuan teknologi negara beruang merah tersebut. 

Problemnya tidak berhenti disitu, informasi yang tertutup terkait penelitian vaksin asal Rusia menimbulkan banyak pertanyaan. Ruang gelap informasi ilmiah mengenai Sputnik V, mengingatkan kita pada kasus The Lancet, jurnal ilmiah terkemuka yang kecolongan hasil penelitian bodong terkait model pengobatan Covid-19, yang lolos tanpa proses peer review dari para pakar dan peneliti lain.

Geliat riset serupa juga terjadi di dalam negeri, yang lebih maju adalah kerjasama BioFarma dan Sinovac. Selain itu, perusahaan Kalbe Farma juga menjajaki kerjasama dengan Genexine, Korea Selatan. Termasuk juga penelitian vaksin merah putih yang dijalin melalui kerjasama BioFarma dengan lembaga Eijkman. Berbagai ikhtiar itu tentu memunculkan harapan, tetapi menyebut periode pasti pelaksanaan vaksinasi, tanpa evaluasi hasil uji klinis jelas kesalahan.

Salah satu negara yang paling agresif dalam memburu hasil penelitian vaksin adalah negeri Paman Sam, dengan menggelontorkan dana baik bertindak sebagai sponsor penelitian, maupun melakukan reservasi hak istimewa untuk pembelian pertama, bila vaksin memulai tahap produksi. Hal ini yang disebut filsuf Slavoj Zizek sebagai barbarisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun