Saling terkait. Situasi pandemi bukanlah persoalan berdimensi tunggal. Dalam momentum pandemi, tidak terdapat keistimewaan waktu. Butuh kecepatan penanganan, bersifat dinamis. Perlu kesigapan.
Secara keseluruhan, kemampuan kita merespon pandemi masih terbilang lemah. Ketidaksiapan dalam melakukan langkah-langkah antisipasi, perlu segera dikoreksi.Â
Banyak sisi yang dapat disoroti, termasuk kontribusi para pengajar Ilmu Komunikasi melalui buku, Krisis Komunikasi dalam Pandemi Covid-19, kolaborasi Fajar Junaedi, dkk, 2020. Patut dipertimbangkan.
Kehadiran buku ini, terbilang sebuah gerakan cepat untuk bisa membantu melakukan perbaikan bagi pihak-pihak terkait, khususnya dalam bidang komunikasi.
Kajian dalam buku ini terbagi atas (i) reaktualisasi konsep komunikasi, (ii) implementasi proses komunikasi publik pada periode krisis, hingga (iii) publik dan media dalam sengkarut informasi.
Relevansi aktual dari tema yang dibahas, seolah memberi petunjuk bagi upaya pembenahan ke depan. Pandemi tampaknya belum memberi isyarat kapan akan berakhir, dengan begitu masih banyak hal yang perlu dilakukan bersama.
Krisis Kepercayaan
Melalui pernyataan besar krisis komunikasi, rekan-rekan ilmu komunikasi menyampaikan pesan akan pentingnya pengelolaan data dan informasi dalam lalu lintas komunikasi, pada masa-masa krisis penuh kegentingan.Â
Tentu saja, tata kelola komunikasi krisis perlu diupayakan, agar tidak terjerumus pada kondisi krisis komunikasi. Hal terakhir ini, tentu dapat berimplikasi lebih luas.Â
Balutan krisis multidimensi, berpotensi terjadi sebagai sebuah skenario terburuk, manakala kepercayaan, tidak juga tumbuh di tengah publik. Kita tengah berpacu dan berkejaran dengan waktu.
Kita semua tentu berharap serta memiliki tujuan yang sama untuk segera keluar dari pandemi. Dan atas hal tersebut, maka sekurangnya terdapat beberapa ruang yang harus dimenangkan sebagai medan pertempuran.